JENIN (Arrahmah.id) – Selama lebih dari 30 jam sejauh ini dan belum terlihat berakhir, serangan militer “Israel” terhadap Jenin di wilayah utara Tepi Barat yang diduduki telah menewaskan tujuh orang, termasuk dua anak di bawah umur, menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina.
Sementara itu, Klub Tahanan Palestina menyebutkan pasukan “Israel” menangkap sedikitnya 100 warga Palestina di kota Jenin dan sekitarnya. Sebelumnya pada Selasa (12/12/2023), pasukan “Israel” menangkap 20 warga Palestina di kota Silwad, timur laut Ramallah.
Ketujuh korban tersebut diidentifikasi bernama Rafiq Dabbous (17), Mahmoud Esayyed (36), Fouad Abahreh (34), Ahmed Samar (13), Rashad Turkman (18), Baker Zakarneh (25) dan Thaer Abu Teen (18).
Pasukan “Israel” memulai serangan mereka di Jenin pada Selasa (12/12) sebelum fajar, mengirimkan ratusan tentara ke kamp pengungsi.
“Mereka memasuki banyak rumah dan melakukan pengeledahan dengan kekerasan”, Ismail Butmeh, seorang warga kamp Jenin yang berusia 25 tahun, mengatakan kepada The New Arab. “Saya terbangun karena suara tembakan di luar dan sampai sekarang saya belum berani keluar rumah”.
“Saya terus mendengar drone pendudukan terbang sepanjang waktu selama lebih dari 16 jam, dan beberapa kali saya mendengar ledakan akibat serangan udara,” katanya, harus menyela penjelasannya kepada TNA karena “tentara ada di sebelah”.
Ula Zakarneh, sepupu Baker Zakarneh (25), salah satu korban, mengatakan kepada TNA bahwa “[Baker] sedang duduk di trotoar bersama sekelompok teman ketika sebuah pesawat tak berawak “Israel” menembakkan rudal tepat di samping tempat mereka duduk dan dia terluka parah dan kemudian meninggal di rumah sakit”.
“Dia mempunyai lima saudara kandung, dan saudara laki-lakinya, Sudqi, dibunuh oleh pendudukan dalam serangan tahun lalu,” jelasnya. “Dia lahir setelah bertahun-tahun ditunggu oleh orang tuanya, dan dia sangat disayangi oleh semua orang, yang paling penyayang dan perhatian dari semua saudara kandungnya, yang paling ramah dan bersahabat di antara mereka di kamp”.
“Saat bapaknya, paman saya, mendapat kabar meninggalnya, beliau terkena serangan jantung dan dirawat di RS Jenin, dan beliau selamat namun kini tidak dapat berbicara,” imbuhnya. “Keluarganya hancur dan tidak bisa berduka karena tentara pendudukan terus menggerebek kamp tersebut, dan kami tidak tahu kapan kami bisa menguburkannya. Inilah situasi semua keluarga korban sejauh ini.”
Selama penggerebekan, pasukan “Israel” juga secara langsung menyerang jurnalis Palestina, menurut beberapa jurnalis yang meliput penggerebekan tersebut.
“Kami ditempatkan sangat dekat dengan rumah sakit Jenin, mengenakan rompi biru yang ditandai dengan jelas sebagai pers dan peralatan media kami dapat diidentifikasi dengan jelas,” seorang jurnalis yang meminta untuk tidak disebutkan namanya mengatakan kepada TNA.
“Sebuah kendaraan tentara “Israel” mulai mendekati kami hingga hampir mendorong kami, sehingga kami terpaksa bergerak, namun kendaraan militer terus mengejar kami, berbelok ke kanan dan kiri untuk langsung mendatangi kami, mendorong kami hingga pintu masuk rumah sakit”, mereka merinci.
“Saat sampai di gerbang, tentara mulai menembakkan tabung gas air mata langsung ke arah kami, dan yang ada hanya kami, jurnalis, dan warga sipil di dalam halaman rumah sakit. Salah satu dari kami, reporter Raneen Sawaftah, terkena tabung di wajahnya dan terkena tembakan, dia dirawat di rumah sakit karena ledakan dan sesak napas”, mereka menambahkan.
Pada Rabu sore (13/12), lebih dari 30 jam setelah serangan “Israel”, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “situasi di kamp Jenin terus memburuk”.
“Ada belasan panggilan untuk kasus-kasus yang tidak dapat dijangkau oleh ambulans karena dihalangi oleh tentara pendudukan, meskipun kantor penghubung Palestina telah dikoordinasikan sebelumnya,” kata pernyataan PRCS.
“Puluhan warga [di kamp pengungsi Jenin] menderita kekurangan susu dan roti untuk anak-anak, karena tentara pendudukan terus menduduki rumah mereka dan mencegah mereka pergi”, tambah pernyataan itu.
Serangan “Israel” di Jenin saat ini adalah yang ketiga sejak pekan lalu dan terpanjang sejak Februari ketika pasukan “Israel” menggerebek kamp Jenin selama 48 jam.
Sejak 7 Oktober, “Israel” telah meningkatkan serangannya di kota-kota Palestina di Tepi Barat, menangkap lebih dari 3.600 warga Palestina, yang merupakan jumlah yang sama dengan jumlah warga Palestina yang ditangkap antara awal 2023 dan 6 Oktober.
Sejak awal 2023, pasukan dan pemukim “Israel” telah membunuh 492 warga Palestina di Tepi Barat, termasuk 145 orang di Provinsi Jenin. (zarahamala/arrahmah.id)