(Arrahmah.com) – Saat anak-anak masih kecil, orang tua bisa merasakan hubungan yang sangat dekat dengan mereka, akan tetapi ketika mereka sudah bertambah umur, akan terasa bahwa mereka semakin berjarak dengan kita, dan dalam tahap yang paling kritis orang tua mulai menyadari seakan mereka kehilangan anak-anaknya. Anak-anak mereka mulai terasa menjauh, walaupun pada kenyataanya mereka secara fisik tinggal bersama dengan orang tuanya. Ketika anak tidak memiliki kedekatan dengan orang tuanya, mereka cenderung berprilaku kurang ajar, mengacuhkan orang tua, dan perilaku-perilaku lain yang tidak diinginkan. Kadang orang tuapun mulai bertanya-tanya, “apa salah saya sehingga anak-anak tidak lagi memiliki hubungan yang erat dengan saya sebagai orang tuanya?
Berikut ini ada beberapa tips praktis untuk membangun kedekatan dengan anak-anak sejak dini.
Tips 1. Fokus pada Anak
Kadang para orang tua merasa bahwa mereka telah fokus dengan anaknya, padahal tanpa disadari sebenarnya mereka tidak fokus pada anaknya. Ketika anak dengan riang gembira berkata, “Ayah, saya telah membuat bunga”, “Mama, lihat, saya menjadi kupu-kupu”, sering para orang tua tidak menanggapi dengan semangat. Mereka mengabaikan atau cenderung menanggapi dengan datar, seperti: “ooo”, “hm..” dan sejenisnya. Ini adalah jenis tanggapan yang jika dilontarkan oleh anak, orang tua kadang merasa tidak suka.
Ironis memang, meskipun para orang tua sering kali tidak memberikan perhatian penuh terhadap anak-anak mereka, tetapi mereka menuntut anak-anak mereka memberikan perhatian penuh kepada mereka dan ketika mereka tidak melakukannya, banyak orang tua yang merasa jengkel.
“Perhatikan Mama ketika sedang bicara!” adalah salah satu frase yang umum digunakan oleh orang tua saat melihat anak-anak mereka mengacuhkannya. Bagaimanapun, komunikasi tidak dipelajari oleh instruksi belaka. Komunikasi juga banyak dipelajari dari pengamatan dan imitasi. Jika kita ingin anak menunjukkan rasa hormat, menghargai, dan memperhatikan apa yang dikatakan orang tua, maka orang tua harus belajar untuk memperhatikan mereka.
Tips 2. Mendengarkan Secara Aktif
Mendengarkan secara aktif yaitu mendengarkan dengan penuh perhatian dan sesekali menanggapi untuk menujukkan minat terhadap apa yang disampaikan oleh anak. Seni mendengarkan, membutuhkan totalitas perhatian dan keinginan untuk mendengarkan, hingga dapat memahami sepenuhnya perasaan dan pikiran anak. Pada saat anak mencoba mengatakan sesuatu, berilah perhatian sepenuhnya pada ceritanya. Untuk itu, sebaiknya orang tua mengalihkan sejenak perhatian dari televisi yang ditonton, dari buku yang dibaca, atau dari pekerjaan yang sedang dihadapi.
Saat anak menyampaikan cerita, berikan perhatian penuh, tatap matanya, berikan kesan bahwa kita benar-benar tertarik dengan ceritanya, sehingga anak terdorong untuk bercerita lebih lanjut. Hal ini bisa menjadi kesempatan yang baik bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai kepada anak, meluruskan kesalahan pahaman dari ceritanya yang melenceng dari aqidah, dan sebagainya.
Hal ini cukup sulit dilakukan jika kita tidak benar-benar tertarik pada apa yang disampaikan oleh anak, sehingga mencapai tingkat yang mendalam dari mendengarkan ini. Para orang tua perlu belajar seni mendengarkan, perlu belajar untuk menjadi lebih tertarik pada apa yang disampaikan anak. Setelah kita benar-benar tertarik, kita akan menemukan bahwa mendengarkan dengan penuh minat akan terjadi secara alami.
Tip 3. Memberikan Perhatian Positif
Perhatian positif tidak sama dengan sekedar perhatian. Perhatian bisa negatif dan positif. Perhatian negatif adalah perhatian yang biasanya tidak disukai oleh anak, seperti dimarahi atau menerima hukuman. Sedangkan perhatian positif adalah memberikan perhatian terhadap apa yang disukai oleh anak. Jika anak tidak mendapatkan perhatian yang positif, mereka akan mencari perhatian negatif karena dalam pikiran mereka, mendapatkan perhatian lebih baik dari pada tidak mendapatkan perhatian sama sekali. Akhirnya mereka melakukan perbuatan yang dianggap “nakal” hanya sekedar untuk mendapatkan perhatian orang tuanya.
Disarankan kepada orang tua untuk menghabiskan sedikitnya 10 menit waktu yang berkualitas bersama dengan anak setiap hari. Waktu 10 menit dapat dengan ampuh mengurangi “kenakalan” anak. Perhatian positif dapat diberikan dengan berbagai cara. Seperti berbicara dengan anak tentang sesuatu yang dia suka, atau bersama melakukan aktivitas yang disukai oleh anak-anak.
Cara untuk berbicara dengan anak-anak tentang sesuatu yang mereka suka telah disebutkan dalam Tip 1 dan Tip 2. Melakukan sesuatu dengan anak-anak yang mereka suka bisa seperti bermain bersama dengan mereka dengan menyenangkan. Bersama anak-anak melakukan sesuatu yang mereka suka seringkali diremehkan oleh orang tua, tetapi anak-anak benar-benar membutuhkan perhatian seperti itu. Terlibatlah dengan anak saat mereka sedang bermain masak-masakan, membuat kreasi dari kertas, menyusun lego menjadi sebuah menara, saat mereka menggambar, menyusun puzzle, dan sebagainya. Tunjukkan bahwa kita berminat dengan permainan mereka. Berikan apresiasi saat mereka berhasil melewati tantangan dalam permainan.
Jika anak sedang membangun sebuah menara dengan lego misalnya, kita bisa mengatakan, “menara ini begitu tinggi, tapi kamu bisa menempatkan balok-baloknya dengan begitu baik.” Anak-anak sangat menyukai perhatian seperti ini. Hindari berkomentar banyak terhadap apa yang seharusnya anak lakukan dalam permainan, karena hal ini bisa mengganggu permainan mereka dan bisa membuat mereka down.
Membina hubungan yang erat dan stabil dengan anak adalah kunci untuk membuat dan mempertahankan rumah tangga yang bahagia di mana anak-anak merasa dihargai, dikasihi, dan penting. Perilaku yang tidak diinginkan dari anak bisa berkurang ketika kita sebagai orang tua benar-benar memahami tantangan yang dihadapi oleh anak zaman sekarang. Anak-anak membutuhkan kita untuk mendukung mereka, melindungi mereka. Oleh karena itu, binalah hubungan yang erat dengan anak sejak sekarang, sebelum kemudian kita menyadari bahwa kita telah “kehilangan” anak-anak kita.
(ameera/arrahmah.com)