(Arrahmah.com) – Setelah melewati pertempuran selama 5 hari sejak Selasa (24/3/2015), mujahidin Jaisyul Fath yang merupakan gabungan mujahidin dari Jabhah Nushrah, Ahrar Syam, dan beberapa lainnya, akhirnya berhasil merebut kendali kota Idlib sepenuhnya pada Sabtu sore (28/3).
Kemenangan yang diperoleh mujahidin dalam pertempuran kali ini berbeda dengan pembebasan sejumlah wilayah dari tangan kotor rezim Nushairiyah Suriah sebelumnya. Bilal Abdul Kareem, seorang jurnalis berpengalaman asal Amerika, memaparkan analisanya mengenai 3 hal yang kita pelajari dari kemenangan besar ini. Berikut terjemahan pembahasannya:
Beberapa wilayah telah dibebaskan sebelumnya dalam perang Suriah yang telah berlangsung lebih dari 4 tahun hingga saat ini. Sebagai contoh, sebagian besar Aleppo jatuh ke (dan sebagian lainnya dari) tangan Mujahidin. Basis-basis besar militer rezim diserbu dan direbut seperti Syaikh Sulaiman di Idlib utara dan Wadi Daif.
Seluruh ibukota provinsi Raqqa jatuh ke tangan Mujahidin dan kemudian direbut dari tangan mereka oleh [kelompok Daulah Islamiyah atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai] ISIS dan diklaim sebagai milik mereka. Namun serangan kali ini di kota Idlib berbeda. Berikut adalah tiga hal yang kita pelajari dari kemenangan besar ini:
- Kematangan: Terlepas dari perbedaan antara kelompok, mereka menunjukkan tingkat kematangan dalam mengesampingkan perbedaan dan datang bersama-sama dengan cara yang tidak mereka lakukan sebelumnya. Mereka mendirikan ruang operasi, menyelenggarakan program kohesif serangan, dan akhirnya mengeksekusi rencana tersebut. Saya telah melihat banyak rencana yang rumit di Suriah kemudian hanya berubah menjadi tembak-menembak saja dan pasukan Mujahidin menang hanya karena mereka ingin lebih dari apa yang rezim lakukan. Kali ini berbeda.
- Kepemimpinan: Kendali kepemimpinan ruang operasi Jayshul Fath diserahkan kepada Syaikh Dr Abdullah Muhaysini, ulama kelahiran Saudi dan berpendidikan, yang dapat dijumpai di sebagian besar front pertempuran besar. Kepemimpinannya begitu dihormati dan ini adalah sesuatu yang telah diketahui sejak lama di Suriah. Yang beda adalah kepemimpinan kelompok yang berbeda-beda di tangan pejuang Islami berpendidikan, di mana sebagian besar komandan bangkit di jajaran [jihad] dan tersandung ketika mereka tidak memiliki pengetahuan Islam sesuai dengan skala wilayah yang mereka kuasai. Banyak warga Suriah yang mengakui bahwa mereka memiliki kesulitan untuk mengikuti perintah karena mereka telah tertindas begitu lama, sekarang semua orang ingin menjadi pemimpin dan tidak akan menerima kepemimpinan dari siapa pun kecuali diri mereka sendiri. Rakyat Suriah adalah orang yang sangat tangguh dan hal ini telah menjadi rahasia umum. Namun mereka telah menunjukkan bahwa mereka bisa beradaptasi juga. Apakah Dr. Muhaysini akan melanjutkan perannya sebagai pemimpin sementara masih harus dilihat, namun saya percaya sebuah percontohan telah diterapkan.
- Dukungan Rakyat Suriah: Ada banyak laporan bantuan yang diberikan kepada pasukan Mujahidin dari warga Suriah biasa selama pertempuran. Kota ini tidak sepi seperti yang banyak orang kira. Banyak keluarga, karena berbagai alasan, tetap tinggal di rumah mereka bahkan ketika pertempuran intens berlangsung. Jayshul Fath tampaknya disambut oleh rakyat atas kemenangan mereka. Diumumkan juga bahwa orang Kristen tidak akan diminta untuk membayar Jizyah (pajak yang dibayar oleh non muslim seperti muslim membayar zakat), kepemimpinan Mujahidin menyadari bahwa belum saatnya Jizyah dibayarkan kepada mereka sementara mereka tidak bisa menjamin keamanan sebagaimana juga terhadap warga Kristen mereka. Hal ini begitu jauh berbeda dari laporan ISIS yang menuntut Jizyah segera dari warga mereka, menahan para wanita dari orang-orang yang telah dikalahkan, dan melakukan pembantaian di alun-alun kota atas keberhasilan mereka dan menyiarkannya di Youtube. Bahkan warga Suriah yang tinggal di Turki sebagai pengungsi difoto merayakan kemenangan. Hal ini dikarenakan warga Idlib tampaknya cukup bersedia bekerja sama dengan pembebas baru mereka.
Namun, ada tugas yang berat di depan. Rakyat Suriah telah menderita selama empat tahun dan mereka mungkin tidak sabar dengan kemengan yang baru. Selain itu konsep “kepemimpinan Islam” telah memberi reputasi yang sangat buruk, sebagian besar disebabkan oleh pemberitaan negatif ISIS sejak berpisah dengan Jabhah Nushrah pada awal 2013 melalui sesi eksekusi terkenal mereka.
Jadi masih harus dilihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun sangat mungkin bahwa Jaysul Fath akan memperpanjang setiap rencana yang memungkinkan untuk rakyat Idlib dan selain mereka, untuk menunjukkan bahwa mereka tidak hanya bisa menjadi pemenang, tetapi mereka dapat memainkan peran kepemimpinan juga.
(aliakram/arrahmah.com)