TEHERAN (Arrahmah.id) – Iran mengeksekusi sedikitnya 280 orang tahun lalu, menurut angka yang diterbitkan pada Kamis (17/3/2022) oleh pelapor khusus PBB untuk Iran.
Menyampaikan laporan kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB, Javaid Rehman mengatakan jumlah eksekusi atas tuduhan terkait undang-undang narkotika meningkat.
“Pada tahun 2021, setidaknya 280 orang, termasuk setidaknya 10 wanita, dieksekusi,” katanya, seperti dilansir AFP.
Dia mengatakan dia juga telah diberitahu bahwa tiga remaja berusia di bawah 18 tahun telah dieksekusi pada tahun 2021.
Jumlah wanita yang dieksekusi juga meningkat, menurut laporan itu.
Laporan mengatakan lebih dari 80 eksekusi, termasuk seorang wanita dan setidaknya empat warga Afghanistan, adalah untuk pelanggaran narkoba, dibandingkan dengan 25 pada tahun 2020.
Rehman mengamati bahwa tahun lalu terjadi peningkatan eksekusi orang-orang dari komunitas minoritas, dengan lebih dari 40 Baluch dan lebih dari 50 orang Kurdi dihukum mati.
Dalam laporannya, pelapor khusus, yang telah ditolak aksesnya ke Iran, mengindikasikan bahwa dia terus menerima informasi yang konsisten tentang penggunaan pengakuan yang diperoleh melalui penyiksaan sebagai bukti dalam kasus-kasus yang membawa hukuman mati.
Rehman juga mengutuk “kekuatan mematikan dan berlebihan” terhadap aksi unjuk rasa terkait akses ke air dan dampak kekurangan air pada kehidupan sehari-hari.
Dan dia mengutuk praktik “upaya untuk membungkam mereka yang meminta pertanggungjawaban.”
“Ada banyak kasus pelecehan dan ancaman terhadap keluarga korban dan lainnya yang menuntut keadilan. Dalam beberapa kasus, individu menjadi sasaran tuntutan pidana hanya karena menyerukan keadilan,” katanya.
Rehman menambahkan bahwa dia juga prihatin dengan jumlah kematian dalam tahanan dalam keadaan yang tidak jelas dimana tidak ada penyelidikan.
Antara 1 Januari dan 1 Desember 2021, setidaknya 11 tahanan Kurdi meninggal di penjara dalam keadaan yang tidak jelas, menurut laporan itu. (haninmazaya/arrahmah.id)