(Arrahmah.com) – Syaikh Abu Abdul Qadir Al-Qamari Hafidhahullah menulis biografi Hakimul Ummah Dr. Ayman Az-Zhawahiri Hafidhahullah. Dalam biografi ini, Syaikh Al-Qamari menyampaikan sejarah perjalanan hidup Syaikh Az-Zhawahiri, yang di antaranya meliputi: nama dan garis keturunannya, kelahiran dan pertumbuhannya, masa pendidikannya, hijrah pertamanya ke Afghanistan, penangkapannya, i’dadnya, dan pemaparan di mana beliau membentuk jama’ah jihad, serta kemudian menyatu ke dalam jama’ah Qa’idatul Jihad, hingga akhirnya menjadi Amir Tandhim Al-Qaeda.
Berikut terjemahan biografi Syaikh Aiman Az-Zhawahiri tersebut yang dipublikasikan oleh Muqawamah Media pada Jum’at (19/12/2014).
بسم الله الرحمن الرحيم
Biografi Hakimul Ummah Dr. Ayman Az-Zhawahiri Hafidhahullah
Dialah Syaikh sang pemimpin, seorang mujahid pemberani, bak purnama sempurna, mengembalikan masa yang gemilang, penerus generasi Salaf, seorang hakim dan penasihat yang bijak bagi umat -begitulah kita menilai sosok beliau dan tentulah kita tidak mengkultuskan seorangpun dihadapan Allah-. Beliau adalah salah satu pemikir Islam paling menonjol di abad ke-15 Hijriah (abad ke-21 Masehi), seorang yang faqih hukum Islam, pendakwah yang giat, teladan yang baik, sosok murabbi yang mendidik, sosok pejuang yang berani, seorang sastrawan berkelas, penulis hebat, pemikir yang bijak, ahli politik yang cerdas dan dokter yang selalu melayani.
Nama dan Garis Keturunannya:
Nama beliau adalah Ayman bin Muhammad Rabi’ bin Muhammad Ibrahim bin Musthafa bin Abdul Karim bin Suwailim, Az-Zhawahiri An-Nafi’I, Abu Muhammad Al-Misri.
Berasal dari kabilah An-Nafi’iyat, yaitu keturunan Sa’ad dari Utaybah Hawazin Al-Adnaniyah, dahulu kabilah ini telah berpindah dari lembah Hijaz ke Mesir. Az-Zhawahiri adalah keturunan paling menonjol di kabilah An-Nafi’iyat serta paling bertsaqafah dan berpengetahuan tinggi. Hampir semua paman dan bibi dari garis ayah DR. Ayman adalah para Ulama dan Ilmuan di Universitas Al-Azhar As-Syarif. Begitu juga dari garis ibu, hampir semua paman dan bibi DR. Ayman adalah para dokter terkenal dan dosen-desen besar di seantero Mesir. Itulah sebabnya keturunan Az-Zhawahiri adalah garis keturunan paling berkelas dan sangat terkenal di Mesir.
Ayah Dr. Ayman adalah Profesor Doktor Muhammad Rabi’ Az-Zhawahiri rahimahullahu, beliau adalah seorang Guru Besar dalam ilmu farmasi dan kedokteran, sekaligus dekan di Fakultas Kedokteran di Universitas Ain Syams. Sedangkan paman Dr. Ayman yaitu Profesor Doktor Muhammad As-Syafi’I Az-Zhawahiri adalah salah satu ilmuan kedokteran terbesar di dunia, Beliau adalah Profesor Dermatology di Universitas Kairo, dan ketua presidium Organisasi Dokter Kulit Timur Tengah dan telah menjabat posisi-posisi senior lainnya. Karya-karya tulisnya telah diakui sebagai referensi utama dalam dunia kedokteran penyakit kulit. Sedangkan kakek Dr. Ayman adalah Syaikh Muhammad Al-Ahmadi Az-Zhawahiri rahimahullahu, beliau adalah salah seorang Masyayikh besar di Al-Azhar As-Syarif.
Dr. Ayman memiliki nasab keturunan yang mulia dari garis ibu dan ayahnya, tapi hal itu tidak menyebabkan ia memilih kehidupan yang nyaman sebagaimana sebagian besar kita di masa ini!
Adapun ibu Dr. Ayman berasal dari keluarga Azzam Al-Kiram, sebuah kabilah mulia dan terkenal di dunia Arab yang juga telah hijrah ke Mesir. Salah seorang keturunan kabilah ini yakni Abdurrahman Azzamrahimahullahu adalah Sekretaris Jendral pertama Liga Arab (Perserikatan Negara-negara Timur Tengah).
Sedangkan kakek Dr. Ayman dari ibu adalah Al-Allamah (gelar tinggi di dunia keilmuan Islam dan Arab) Ahli sastra Arab terkenal Abdul Wahab Azzam rahimahullahu. Beliau adalah salah satu sastrawan Mesir paling terkenal di abad 20. Beliau juga adalah Profesor di bidang sastra timur, Dekan Fakultas Sastra sekaligus Rektor Universitas Cairo, dan salah satu anggota Dewan Bahasa Arab di Kairo pada tahun 1949 M.
Kelahiran dan Pertumbuhannya:
Dr. Ayman dilahirkan pada tahun 1370 H (1951 M) di Rumah Sakit Dr. Majidi, di area Dokki, Giza. Dan adapun lingkungan tempat beliau tinggal dan tumbuh besar adalah di Komplek Ma’adi. Sejak lima abad yang lalu, komplek Ma’adi adalah komplek perumahan paling elit di Kairo, mulai dari Kolonial Inggris dahulu kala hingga masyarakat kelas atas Mesir hari ini. Terletak di wilayah elegan dan tenang, dikelilingi oleh pemandangan sangat indah, dengan taman dan kebun-kebun indah dipenuhi berbagai pohon dan bunga-bunga. Bangunan-bangunan vila di komplek ini tidak hanya berlantai dua atau tiga saja, bahkan setiap vila memiliki teman luas masing-masing.
Di salah satu vila dengan nomor 10 di Jalan 154 Dr. Ayman tinggal dan tumbuh besar dalam pendidikan Islam yang ketat, mengerjakan shalat tepat waktu, mempelajari ilmu syar’i di Masjid, dan beliau sangat tergila-gila membaca dan mengkaji segala bacaan.
Di saat umurnya masih belia, Dr. Ayman telah giat menuntut ilmu. Setiap hari jum’at beliau menghadiri kajian ilmu Fiqh dan Hadits di Masjid Husain Sidqi di Komplek rumahnya Al-Ma’adi. Dr. Ayman juga sering mengunjungi Kakeknya dari ibu Al-Allamah Syaikh Abdul Wahab Azzam rahimahullahu, dari kakeknya lah Dr. Ayman mengenal sastra Arab dan sangat terpengaruh.
Setelah berjalannya waktu Dr. Ayman semakin mendalami ilmu Syari’at sehingga beliaupun mulai menulis kajian-kajian Syari’at. Salah satunya beliau pernah menulis bantahan atas pemahaman kelompok “Ghulatut Takfir” dan pemimpinnya Syukri Musthafa, beliau juga pernah menulis bantahan atas syubhat-syubhat mereka yang mengendorkan kewajiban Jihad atas umat, dan Dr. Ayman di usia semuda itu telah mulai merujuk langsung kepada kitab-kitab Ulama Salaf.
Masa Pendidikannya:
Kita kembali ke komplek elit Ma’adi, yang tampaknya menjadi komposisi yang unik memikat banyak sastrawan dan intelektual untuk hidup disana. Di komplek inilah Dr. Ayman menjalani pendidikan dasar dan menengahnya yang pertama, di Sekolah Swasta Al-Ma’adi. Kemudian melanjutkan pendidikan menengah atasnya di Sekolah Menengah Atas Unggul Al-Ma’adi. Para guru dan teman-teman Dr. Ayman telah menyaksikan keistimewaan karakter dan kecerdasan Dr. Ayman semenjak ia masih kanak-kanak.
Dr. Abdullah Husain teman terdekat Dr. Ayman semenjak kecil pernah bercerita:
“Ayman Az-Zhawahiri adalah pemuda yang tidak banyak bicara, jika dia berbicara seakan suaranya hampir tidak terdengar, tetapi sorotan mata dibalik kacamata yang telah dia gunakan semenjak belia menunjukkan keistimewaan dan kecerdasan dirinya. Terkadang Ayman duduk sambal menerawang ke langit-langit kelas ketika guru sedang menjelaskan pelajaran, kemudian guru itu memberikannya pertanyaan kejutan, dan Ayman dengan sigap dan tenang menjawab pertanyaan itu dengan kalimat yang singkat dan tepat, jawaban yang sangat mengagumkan kami semua. Kejeniusan Ayman sangat jelas sekali dan tidak ada yang meragukan itu, tetapi prestasi dan kecerdasan itu tidak menjadikannya sombong kepada kami. Ketika kami membaca satu kalimat dia telah membaca satu alinea, jika kami mebaca satu alinea dia sudah membaca satu halaman. Banyak diantara guru kami, khususnya pelajaran Bahasa Arab, Sayyid Jalal dan Abu Ainayn sangat menikmati untuk memberikan pertanyaan kepada Ayman, karena jawaban Ayman merupakan rangkaian kata-kata pilihan yang tepat, dan penuh balaghah (ungkapan sastra) yang mengagumkan. Ayman juga membuat kagum Pak George Michael, guru pelajaran Bahasa Inggris dan pelajaran-pelajaran pendidikan lainnya di Sekolah kami, Ayman selalu berbicara dalam Bahasa Inggris dengannya dan memberikannya kesan yang sangat istimewa.”
Setelah Dr. Ayman menyelesaikan masa pendidikan di Sekolah Menangah Atas, beliau melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Kairo, kemudian melanjutkan Majister dalam bidang Bedah Umum dengan predikat Jayyid Jiddan (Cum Laude) pada tahun 1978 M, kemudian beliau melanjutkan ke jenjang Doktoral, akan tetapi karena beberapa peristiwa mengakibatkan beliau tidak bisa menyelesaikannya, beliau terpaksa meninggalkan Mesir dan sempat ditangkap setelah peristiwa pembunuhan Anwar Sadat pada tahun 1981 M.
Tatkala Dr. Ayman masih di jenjang tsanawiyah (SMA), rezim Gamal Nasher pada tahun 1965 M sedang gencar berkampanye memberangus Ikhwanul Muslimin, dan memenjarakan lebih dari 17.000 anggota dan simpatisan Ikhwanul Muslimin, rezim juga mengeksekusi mati Al-Ustadz sayyid Qutb beserta dua orang sahabat dekat sang Ustadz rahimahumullahu. Rezim berasumsi dengan tindakan itu mereka dapat menekan Pergerakan Islam di Mesir sehabis-habisnya. Akan tetapi Allah berkehendak sebaliknya, peristiwa-peristiwa itu menjadi titi balik munculnya Pergerakan Jihad di Mesir sampai hari ini.
Dr. Ayman pun bergabung dengan Harakah Islamiyah disana, memulai aktifitas dakwahnya untuk menegakkan syari’at Islam di Mesir. Beliau dan beberapa rekannya merintis sebuah Jama’ah untuk mendirikan Daulah Islam dan mengkudeta rezim berkuasa yang memerangi Islam dan melayani musuh-musuh umat. Misi jama’ah yang beliau dirikan adalah mengubah sistem dengan cara berjihad melawan rezim, yaitu dengan kudeta militer menyeluruh atas sistem sekuler yang menguasai negri, dengan persiapan yang baik dalam jangka waktu yang panjang.
Sebagian besar anggota Jama’ah Dr. Ayman adalah kaum intelektual dari kalangan para mahasiswa berbagai kampus di Kairo, yanag mana mereka melakukan persiapan dan pelatihan militer yang panjang dan berkala dengan mengikuti program wajib militer di Mesir pada saat itu sebelum terjadi “Perang Oktober 1973 M”. Dengan metode inilah mereka bisa memenuhi I’dad (persiapan matang) untuk melalukan kudeta militer.
Di saat yang sama, Syaikh Ayman juga mulai bergerilya diantara para mahasiswa di Universitas Cairo, begitu pula para ikhwan dari jama’ah beliau juga bergerilya di kampus-kampus yang lain. Sehingga jumlah mereka mencapai lebih dari 200 orang, yang mana mereka saling tidak mengenal satu sama lain setiap personal anggota jama’ah kecuali orang yang merekomendasikannya masuk jama’ah. Diantara mereka terdapat nama-nama seperti: As-syahid Yahya Hasyim (mantan Kepala Jaksa Penuntut Umum), Ismail At-Thantawi, Nabil Bar’i, Sayyid Imam (Dikenal dengan nama Abdul Qadir bin Abdul Aziz, Penulis kitab Al–Jami‘ fi Thalabil ilmisy Syarif), Alyatu Musthafa adik dari Alyu Musthafa, dan Muhammad Az-Zhawahiri. Dan di saat itu juga ikut bergabung bersama mereka Mayor Isham Al-Qamari rahimahullahu, yang telah melakukan infiltrasi dan pergerakan dalam tubuh Militer Mesir.
Disebabkan karena kecerobohan salah satu anggota berpengaruh dalam Jama’ah dan bocornya kerahasian Jama’ah, maka hal ini menyebabkan gejolak dalam tubuh Jama’ah. Untuk meredakan keadaan, maka sebagian mereka ada yang bergabung dalam tubuh Militer Mesir, ada yang masuk dalam Partai Ikhwanul Muslimin, dan juga di jama’ah dakwah lainnya. Bahkan ada yang meninggalkan total Jama’ah dan perjuangan, benturan ini juga mengakibatkan Isma’il At-Thantawi patah semangat dan memutuskan untuk hijrah ke luar negri. Maka yang tersisa bersama Dr. Ayman hanya sejumlah kecil yang setia dan istiqamah sehingga peristiwa tahun 1981 M terjadi.
Hijrah Pertama Ke Afghanistan
Saat itu Dr. Ayman sempat bekerja sementara di tempat salah satu sahabat karibnya, di Klinik Saydah Zainab yang merupakan cabang usaha dari Persatuan Kedokteran Islam (salah satu sayap organisasi Ikhwanul Muslimin). Pada suatu malam direktur Klinik mangajak Dr. Ayman berdiskusi -direktur ini adalah anggota Ikhwanul Muslimin- tentang pendapat Dr. Ayman untuk berangkat ke Pakistan menjadi relawan medis untuk membantu korban luka para pengungsi Afghan. Maka Dr. Ayman pun sangat setuju dengan wacana ini, terlebih ini adalah kesempatan emas dimana ia akan bisa bersentuhan langsung dengan salah satu medan jihad, yang mana bisa menjadi batu loncatan untuk kemudian mencetuskan jihad di Mesir dan di dunia Arab sebagai jantung dunia Islam, dimana pertarungan sesungguhnya bergulir.
Tujuan awal Dr. Ayman adalah menciptakan Basis Jihad yang strategis di Mesir, sehinga datanglah seruan untuk berangkat memberikan pertolongan medis bagi kaum muslimin afghan yang terluka. Karena rasa cinta dan keingintahuan yang besar untuk mengenal salah satu medan jihad untuk kemudian diterapkan dalam mendirikan basis Jihad di Mesir kelak, terlebih disaat rezim Anwar Sadat berkuasa, sangat jelas terlihat persekongkolan rezim dengan Koalisi Salib Internasional bagi siapapun yang mata hatinya hidup, dan bagi siapapun yang peduli dengan keadaan umat.
Berangkatlah Dr. Ayman ke Peshawar Pakistan dengan rekannya seorang ahli anastesi, kemudian dengan tidak disangka mereka bertemu dengan seorang rekan lainnya ahli spesialis bedah plastick. Maka mereka lah tiga orang Arab pertama yang menjadi relawan kemanusian untuk menolong masyarakat Afghan.
Dr. Ayman pun mulai terbiasa dan bisa beradaptasi dengan keadaan dan lingkungan di tempatnya berada, maka Dr. Ayman menyadari kemungkinan yang terbuka lebar untuk dimanfaatkan oleh Harakah Islam di medan jihad Afghan. Semua elemen jama’ah dapat berkembang dengan menyatu bersama masyarakat umum dan mujahidin bersenjata(militer) di Afghan.
Dengan dimulainya interaksi Dr. Ayman dengan medan jihad Afghan sejak tahun 1980 M, maka mulailah khazanah jihad Afghan dan manfa’atnya dimanfaatkan oleh umat Islam secara umum dan Harakah Islamiyah khususnya. Dan sang Duktur semakin menyadari pentingnya mengoptimalkan medan jihad Afghan ini, oleh karena setelah tinggal disana untuk pertama kali selama hampir 4 bulan, dan perjalanan kedua pada Maret 1981 selama 2 bulan , kemudian karena urusan yang sangat medesak di Mesir beliau terpaksa kembali ke tanah airnya.
Kemudian Allah Azza wa Jalla mulai menguji Dr. Ayman dengan kesusahan dan kesempitan di Mesir, rezim Mesir memenjarakan beliau selama 3 tahun.
Penangkapan Syaikh Ayman:
Setelah terbunuhnya Anwar Sadat, Mayor Isham Al-Qamari –taqabbalahullahu- meminta pada Dr. Ayman untuk dihubungkan dengan kelompok yang telah berhasil melakukan aksi itu. Maka Dr. Ayman meminta pada salah seorang ikhwan yang tahu tempat persembunyian mereka -di Vila Jalan Hurm- maka ikhwah ini menghubungkan Mayor Isham dengan Abboud Az-Zamri (salah satu anggota tim aksi). Dalam situasi genting itu para ikhwah dan Abboud Az-Zamri selalu waspada, dan setelah pertemuan itu selesai dan ia menganjurkan para ikhwah untuk segera meninggalkan Mesir dan melanjutkan aksi (Kudeta Militer) di kesempatan yang lain. Akan tetapi Abboud tidak setuju dengan usulan ini, karena ia telah berjanji dengan para ikhwah untuk tetap melanjutkan pertempuran.
Dan Allah berkehendak Abboud tertangkap, setelah interogasi yang penuh siksaan dan azab, para penyidik berhasil mengungkap dari para ikhwah bahwa Abboud pernah bertemu dengan Dr. Ayman dan Mayor Isham Al-Qamari. Maka para penyidik semakin manjadi-jadi dalam menyiksa mereka agar mendapatkan celah untuk menangkap Dr. Ayman dan temannya.
Dr. Ayman menyadari kondisi dirinya dalam bahaya, oleh karena itulah beliau meninggalkan rumah dan tinggal di rumah bibinya sementara waktu sampai mendapatkan kesempatan untuk hijrah keluar negri. Ketika Dr. Ayman kembali ke rumahnya untuk mengambil barang-barang penting untuk dibawa pergi, ternyata pihak keamanan Mesir telah mengintai rumah beliau, dan beliaupun tertangkap disana.
Penting untuk diingat bersama, hal terakhir yang sempat dilakukan oleh Dr. Ayman sebelum tertangkap adalah beliau sempat menelepon Sayyid Imam (Abdul Qadir bin Abdul Aziz) agar ia waspada dan segera meninggalkan Mesir. Oleh karena itulah Sayyid Imam berhasil lolos dari kejaran intelejen Mesir dan berhasil hijrah, tapi sangat disayangkan Sayyid Imam telah melupakan kebaikan Dr. Ayman padanya.
Pihak intelejen menyerahkan Syaikh Ayman pada Departemen tinggi negara sebelum akhirnya ditangani oleh pihak keamanan Negara. Ketika beliau masuk ke dalam ruangan di departemen itu, semua yang berada disana sangat geram pada Dr.Ayman, salah satu perwira tinggi yang ada disana maju ke arah Dr. Ayman dan malayangkan kepalan tangannya ke wajah Dr. Ayman, tetapi tidak kena. Dan serta merta Dr. Ayman balik memukul wajah si perwira ini dengan telak sehingga wajah si panjahat ini bercucuran darah.
Fakta-Fakta dari Proses Penyidikan:
Saat itu penyiksaan ketika menginterogasi sedang berada dipuncak kekejamannya, betapa banyak tulang yang patah, kulit yang tercabik, dan saraf yang rusak hingga nyawa yang melayang.
Cara mereka mengintimidasi adalah dengan menghina Islam dan mencaci-maki Rabb, mengasari tahanan wanita, ejekan rasial, menamai laki-laki dengan nama perempuan, membuat tahanan lapar atau memberi mereka makanan basi, membatasi air minum, mengisolasi dan melarang kunjungan, dan tindakan-tindakan yang mempermalukan tahanan lainnya.
Atau sebagaimana pengkuan salah seorang penyidik bernama Muhammad Abdul Fatah Umar yang telah mengungkapkan bagaimana ia menyiksa. Dia pernah mengancam untuk menyiksa Dr.Ayman di awal penyidikan: “Kami adalah Dokter bedah yang akan mengotopsi jasadmu untuk mendapatkan kebenaran”.
Adapun proses penyidikan atas Dr. Ayman bagaikan sebuah lelucon. Jaksa penuntut umum telah mengembalikan berkas dakwaan pada para penyidik untuk kembali ditinjau, agar diperbaiki sebagaimana yang mereka ingin tuduhkan atas Dr. Ayman.
Sehingga Dr. Ayman bertanya langsung ke Ketua Jaksa penuntut umum Mahmud Mas’ud: “Bukankah saya memilik hak untuk didampingi oleh pengacara?” Jaksa jahat ini menjawab Dr. Ayman dengan sinis: “Siapa pengacara yang kau inginkan untuk membelamu, agar sekalian kami jebloskan dia ke penjara?”
Dalam proses sidang, Dr. Ayman menyampaikan pada ketua Jaksa penuntut umum Mahmud Mas’ud atas segala jenis bentuk penyiksaan yang dia alami oleh para penyidik, dan juga penyiksaan lainnya yang dialami oleh tahanan lain di penjara, dan semua pengakuan di Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang ditandatangani olehnya adalah dibawah siksaan dan paksaan. Kemudian Dr. Ayman kembali menjelaskan detil penyiksaan yang ia alami beserta alat-alat yang telah digunakan para penyidik dalam penyiksaan itu. Dan Dr.Ayman meminta seorang dokter untuk memeriksa dan mengotopsi bekas-bekas penyiksaan di tubuhnya. Maka sidang pun dihentikan segera setelah semua perkataan Dr.Ayman direkam, dan dokter pun segera didatangkan untuk mengobati serta memeriksa Syaikh.
Ketika Dr.Ayman dikembalikan ke penjara U’lqah, beliau dipanggil untuk menghadap Brigadir Muhammad Abdul Fatah Umar dan Letkol. Muhsin Hifdzi, mereka mengancamnya dengan tudingan menjadi agen bagi Iran, karena dalam data mereka Dr.Ayman pernah mengunjungi Iran dan berlatih spionase disana. Dr.Ayman pun membantah tudingan itu. Dengan ancaman akan menjerat beliau dengan dakwaan baru ini, mereka meminta Dr.Ayman mencabut kembali semua keterangan yang telah ia berikan di hadapan Jaksa tetang penyiksaan yang ia alami. Muhammad Abdul Fatah Umar berkata padanya: “Sebenarnya saya berencana untuk mengurus grasi Presiden untukmu, tapi kamu telah melempar debu dalam kaldu, kaldu yang aku masak untukmu! Jika kau bebas, maka aku akan tetap selalu menjebloskanmu kesini setia saat!”
Berselang beberapa waktu kemudian, giliran Letkol. Muhsin Hifdzi yang memanggilnya dan berkata: “kami adalah Negara, dan kau melawan Negara, berhati-hatilah kau sedang memerangi Negara, kami bisa menyelamatkanmu dari jeratan tali gantung di lehermu, tetapi kau harus mencabut pernyataanmu di sidang yang lalu. Akan kuperintahkan orangku untuk membawamu ke Jaksa penuntut umum sekarang agar kau bisa mengubah pernyataanmu”.
Maka Dr.Ayman dibawa ke kantor Jaksa Mahmud Mas’ud. Disana Mahmud Mas’ud tersenyum sinis sambal berkata: “Pengakuan apalagi yang mau kau berikan kali ini?” Dr.Ayman menjawabnya: “komandan penyidik di ruangan yang saya tadi disana meminta saya untuk mengubah keterangan saya berkaitan dengan penyiksaan yang saya alami di penjara. Saya sadar, merupakan kepentingan Negara untuk menjaga kerahasiaan penyidikan, oleh karena itu mereka memaksa saya untuk mengubah keterangan saya, jika tidak saya akan mereka siksa lagi dan lagi”
Maka Dr.Ayman dikembalikan ke penjara Qul’ah.
Pengakuan Negara atas Praktik Penyiksaan:
Pengadilan menetapkan keterangan Dr.Ayman dan para ikhwah satu persatu tentang penyiksaan yang mereka alami selama persidangan. Hakim ketua kemudian melakukan tindakan berani ketika memerintahkan semua terdakwa agar diperiksa dan diotopsi, atas perintah pengadilan mulailah para jaksa menyelidiki kasus penyiksaan ini dengan lebih luas.
Qadhiyah Jihad Kubra:
Setelah penyidikan berakhir, Jaksa penuntut umum “atas dasar keamanan Negara” menuntut Dr. Ayman dan mamasukkan beliau ke dalam 320 terdakwa lainnya yang terbukti sebagai para qiyadah (pemimpin) gerakan jihad. Dakwaan ini menjadi topic terkenal di media dengan istilah “Qadhiyah Jihad Kubra (Dakwaan Jihad Kubra)”. Dan ini vonis terbesar (jumlah terdakwa) dalam sejarah pengadilan Mesir, dan tidak cukup disitu pengadilan juga ternyata memvonis 178 terdakwa dengan tuduhan berafiliasi dengan gerakan jihad.
Para ikhwan masjunin sepakat memilih Dr.Ayman untuk menjadi juru bicara di siding dan kepada wartawan mewakili mereka semua. Dalam siding Dr.Ayman berbicara dalam Bahasa Inggris menjelaskan sebab mengapa mereka mumbunuh Anwar Sadat dan bagaimana aqidah mujahidin, hal ini mengundang decak kagum dewan pengadilan dan semua yang hadir di persidangan.
Ketika Berada di dalam Madrasah Nabi Yusuf (Penjara):
Dalam penjara beliau bertemu dengan tokoh senior dan para Ulama yang lebih dahulu dipenjarakan karena pergerakan dakwah dan jihad mereka. Dr. Ayman dan teman setianya Mayor Isham Al-Qamari berada dalam satu sel selama beberapa bulan, disana mereka berdua mengkaji, berdiskusi, dan bertukar pendapat atas pengalaman jihad yang sudah ditempuh, dan mereka saling berjanji untuk tetap berjuang di fi sabilillah.
Selama di penjara Dr.Ayman sangat fokus mempelajari ilmu syar’I dan memanfaakan waktunya sebaik mungkin dari kesia-siaan. Para ikhwan juga sering mengadakan daurah syar’iyyah (kuliah keislaman) dan Dr.Ayman berperang penting dalam program ini.
Sebagaimana diketahui bahwa Dr.Ayman berasal dari latar belakang keluarga kaya raya dan sangat berkecukupan, tetapi dalam penjara beliau menjalankan hidup dengan keran dan sulit. Hingga suatu ketika beliau melihat ada ikhwah yang sedang berlama-lama menyetrika pakaian dan beliau pun berkata: “Kita adalah mujahidin, jangan sia-siakan waktu kita dengan hal remeh seperti ini”.
Dalam suatu kunjungan ketika rezim mulai mengizinkan itu, Ibunda Dr.Ayman datang berkunjung dan duduk menunggu putranya datang di salah satu ruang sipir penjara. Sipir penjara itu memberikan Ibunda Dr.Ayman air minum untuk menghormati beliau, lalu setelah Dr.Ayman datang dan ibundanya bercerita tentang apa yang dilakukan sipir penjara itu, maka Dr.Ayman menemui sipir tersebut dan berterimakasih padanya dan meminta untuk membayar air itu, tetapi sipir tersebut menolak dan berkata: “Kami tidak akan mengambil apapun dari kalian selamanya”. Semoga Allah mebalas kebaikan sipir penjara tersebut.
Dalam penjara terjadi perpecahan antara ikhwah dari tandhim jihad yang dahulu bernaung dalam Jama’ah Islamiyah, mereka mempersoalkan permasalah “imarah (kepemimpinan)”. Maka Dr.Ayman dan beberapa ikhwan yang netral (diantara mereka Syaikh Ahmad Salamah Mabruk), mereka membentuk dewan islah anatar dua kubu yang sedang bertikai. Dewan ini berupaya menyatukan mereka kembali dalam satu jama’ah, akan tetapi gagal karena setiap kubu tetap ngotot dengan pandang mereka masing-masing.
Pada akhir 1984, Allah mamberikan anugrah kepada Syaikh kita, Dr. Ayman resmi keluar dai penjara rezim Mesir. Hal pertama yang beliau telah fikirkan setalh bebas adalah segera keluar dari Mesir, dan mendirikan basis pergerakan jihad di tempat yang jauh dan tak bisa dijangkau oleh rezim. Merealisasikan apa yang telah matang direncanakan Dr.Ayman dengan Isham Al-Qamari.
Hal ini (hijrah dan membentuk jama’ah jihad di luar Mesir) menjadi semakin emergency setelah beliau menyadari pengawasan intelejen dari dua unsur atas dirinya. Yang pertama beliau diawasi terang-terangan oleh polisi lokal, dan yang kedua beliau dalam pantauan ketat otoritas keamanan tertinggi Negara secara rahasia. Pihak ini menunggu momen tepat untuk kembali memenjarakan Dr.Ayman setia waktunya.
Hal ini dapat disimpulkan dalam dua hal, pertama rezim ingin meyakinkan diri mereka apakah Dr.Ayman telah bertaubat dan kapok dari pergerakan jihad dan tidak akan kembali ke aktifitas tersebut. Dan kedua, untuk menuntaskan pembersihan atas apa yang kali ini telah direncanakan oleh Dr.Ayman dan teman-temannya dalam tandhim jihad.
Dr. Ayman menolak kedua kemungkinan itu dan akan tetap menjalankan jihad, dan beliaupun dihadapkan dengan dua kondisi: pertama, tetap beramal tapi harus bersembunyi dari kejaran rezim, hal ini tentu akan sangat menghebohkan, pencarian besar-besaran akan dilakukan oleh rezim, dan siapa saja yang mereka curigai punya hubungan dengan Dr.Ayman pasti akan ditangkap, kemudian disiksa untuk memberikan info apa saja yang dibutuhkan rezim, hingga suatu saat mereka bisa mencapai Dr.Ayman dan menangkapnya kembali, walupun mungkin Dr.Ayman belum melakukan aksi jihad apapun. Kondisi kedua, dan inilah jalan keluar yang paling logis, yang meruoakan Sunnah para Nabi dan utusan Allah, yaitu hijrah fi sabilillah.
Akhirnya Dr.Ayman berhasil meninggalkan Mesir pada pertengahan 1985 dengan persipaan yang sangat rapi dan professional selama 6 bulan penuh, dibantu oleh para simpatisan pergerakan Islam baik dari kalangan masyarakat biasa atau aparatur pemerintahan. Oleh karena itulah, keberhasilan Dr.Ayman keluar dari Mesir sangat mengejutkan pihak otoritas. Yang sangat mengusik pemerintah adalah, keluarnya Dr.Ayman dari Mesir adalah dengan cara yang sangat resmi dan tidak ada celah untuk menjerat beliau dengan pasal apapun.
Hijrah Di Jalan Allah:
Pada tahun 1985, Syaikh Ayman meninggalkan Mesir dan hijrah ke Arab Saudi, dan disana beliau bekerja disalah satu rumah sakit. Beliau tinggal disana selama setahun, dan akhirnya hijrah ke Pakistan.
Di Pakistan, Syaikh Ayman memulai aktifitasnya sebagai dokter bedah di RS Hilal ahmar untuk mengobati mujahidin afghan yang terluka. Hingga akhirnya beliau mendapatkan kesempatan untuk masuk langsung mengobati masyarakat sipil dan mujahidin di dalam Afghanistan.
I’dad dan Membentuk Jama’ah Jihad pada Tahun 1987:
Di Afghan, Dr.Ayman bertemu kembali dengan Sayyid Imam Syarif, yang dahulu merupakan salah satu anggota jama’ah jihad yang dipimpinya di Mesir, juga teman dekatnya di kuliah kedokteran. Maka Dr.Ayman mengajaknya untuk kembali menghidupkan jama’ah itu, tetapi Sayyid Imam agak ragu-ragu untuk bergabung. Hampir saja Dr.Ayman mendirikan langsung jama’ah jihad tanpa sayyid Imam, akan tetapi sayyid Imam akhirnya setuju bergabung di detik-detik terakhir.
Walaupun Dr.Ayman lebih senior dan dialah yang dahulu mengajak Sayyid Imam untuk berjihad dan mengajarkannya tentang fikrah jihad, bahkan Dr.Ayman adalah amirnya di Mesir sekaligus yang pendiri jama’ah, tetapi Dr. Ayman malah memilih Sayyid Imam sebagai amir jama’ah jihad yang mereka dirikan di Afghan. Hal ini menunjukkan kesantunan dan kedewasaan Syaikh Ayman, dan menihilkan ketamakan akan kekuasaan pada dirinya.
Dan pada tahun 1992, Dr.Ayman pindah ke Sudan. Lalu, setelah pemakzulan Sayyid Imam dari jabatan amir jama’ah, dewan syura jama’ah memutuskan untuk mengangkat Dr.Ayman sebagi amir jama’ah. Dan Dr.Ayman menerima untuk menjadi amir jama’ah setelah melihat jama’ah ini tersia-siakan dan anggotanya banyak tertangkap. Beliau mengambil alih jama’ah dalam keadaan telah terpecah, disaat itu ada kelompok kecil pembangkang yang ingin memisahkan diri dari jama’ah, tetapi mereka hanya jumlah kecil, dan sebagian besar anggota jama’ah tetap solid bersama Dr.Ayman.
Dan kejadian lain yang patut diingat adalah, ketika para pembangkang ini melempari rumah yang di dalamnya ada Syaikh Ayman dan para ikhwah mujahidin. Maka para ikhwah yang geram hendak membalas tindakan kasar para pembangkang ini tetapi Syaikh Ayman melarang para ikhwah mujahidin dan berkata pada mereka: “Jika saya adalah amir kalian, maka dengarkanlah ucapanku. Jangan kalian membalas keburukan dengan keburukan, tetapi balaslah dengan kebaikan. Karena kalian sedang berjual-beli dengan Allah (berjihad), yakinlah Allah akan membalas kalian dengan kebaikan di dunia dan akhirat.”
Beliau juga berkata: “Suatu keharusan untuk menerapkan kode etik yang berakhlak dalam menegakkan amal islami atas sesama saudara seiman”
Kejadian ini sangat mempengaruhi kelompok pembangkang, sehingga sebgian besar dari mereka menyatakan taubat dan kembali ke jama’ah. Setelah mereka melihat kelembutan sikap dan akhlak terpuji Syaikh Ayman atas mereka.
Setelah Syaikh ayman mengambil alih kepemimpinan jama’ah, maka hubungan jama’ah dengan kelompok jihad lainnya semakin membaik. Sebelumnya hubungan Jama’ah ini sempat memburuk dengan jama’ah lain disebabkan sikap keras dan kaku Sayyid Imam dan kesalahan kebijakannya.
Dr.Ayman selalu mengingatkan bahaya sikap fanatic yang membabi buta, baik itu dalam internal umat Islam atau memandang rendah dan hina suku dan daerah tertentu. Dan beliau sangat mewanti-wanti agar tidak terjatuh dalam hal semacam ini.
Berada di Dagestan, 1996 M:
Semenjak tahun 1996, gelombang penolakan mulai bergulir menghadang para mujahidin Arab, propaganda yang disetir oleh Amerika dan dijalankan oleh pemerintahan lokal yang menjadi antek Amerika. Maka Dr.Ayman memutuskan untuk pindah ke negri dimana beliau bisa menjalankan program jihad. Mengambil keuntungan dari apa yang telah Allah anugrahkan dari pengalaman panjangnya dalam hal persembunyian dan hijrah, begitulah Dr.Ayman selalu berpindah dari satu negri ke negri lainnya.
Di tengah manisnya musim gugur tahun 1996, Dr.Ayman semakin menyadari bahwa “rencana pindah kali ini” mudharatnya lebih banyak disbanding manfaatnya. Dan beliau tidak bisa menjalankan pergerakan jihad kecuali dengan pindah ke basis stabil milik mujahidin, dimana belia bisa beramal dengan bebas dan aman, dan mengambil faidah dari para ikhwan mujahidin dan sebaliknya turut memberikan mereka faidah dengan kehadirannya, dan hal ini jelas hanya bisa didapatkan di dua tempat saja “Afghanistan atau Chechnya”.
Adapun Afghanistan, mempertimbangkan data keadaan terkini yang berhasil beliau himpun sangat terbatas, juga perang saudara yang sedang menimpa afghan saat itu. Syaikh Ayman khawatir terlibat dalam konflik itu nantinya, atau kelompok yang disponsori Amerika dan Pakistan malah menyerang beliau disana atas permintaan tuan mereka. Terlebih Burhanuddin Rabbani jelas menjanjikan untuk menangkap dan menyerahkan para teroris Mesir saat ia berkunjung kesana, walaupun dahulu dialah yang melindungi para muhajirin, tapi demi mendapat ridha dan dukungan penguasa baru dunia (USA) dia rela berlomba dalam menangkap para mujahidin Arab.
Akhirnya Syaikh Ayman memutuskan untuk hijrah ke Chechnya, maka beliau melewati Dagestan yang mana beliau masuki dengan cara ilegal. Dan dalam perjalanan itu beliau tertangkap di kota Derbent, Dagestan. Syaikh Ayman dan teman-temannya tidak mengantongi visa masuk dari Rusia yang menguasai Dagestan sebagai bagian teritorialnya. Pihak kepolisian menyerahkan Syaikh Ayman pada pihak otoritas Rusia yang menjaga perbatasan.
Mulailah penyedikan dilakukan atas mereka untuk mengungkap tujuan mereka masuk ke Dagestan tanpa memiliki visa masuk. Para penyidik tidak bisa mendapatkan apapun tanda yang menghubungkan mereka dengan mujahidin. Dan adapun Syaikh Ayman dan rekannya menghadapi dua persoalan kini: Pertama, pelanggaran perundang-undangan, yaitu memasuki Negara asing tanpa visa. Yang kedua, ini lebih berbahaya, jika tujuan mereka terbongkar, dan akan berefek panjang tentunya. Mereka akhirnya memutuskan untuk mengambil resiko terkecil dari dua kemungkinan. Mereka mengaku pada penyidik telah ditipu oleh seroang calo diperbatasan, dia mengaku bisa memasukkan mereka ke Dagestan tanpa visa dengan bayaran sejumlah uang. Dan mereka masuk ke Dagestan karena urusan perdagangan, mereka datang ke Dagestan untuk melihat peluang berbisnis disana, Tentu saja mereka bercerita pada para penyidik kisah perjalanan mereka dengan sedikit dibumbui, juga memaparkan pada penyidik jalan mana saja yang mereka tempuh hingga sampai Dagestan.
Para penyidik pun akhirnya merasa yakin dengan kisah yang telah disampaikan oleh Dr.Ayman dan rekan-rekannya, maka para penyidik mendakwa mereka dengan pelanggaran batas Negara, sehinga mereka harus diserahkan kepada pihak keamanan di Ibukota, Makhachkala. Disana mereka menyampaikan kisah yang sama pada para penyidik di kantor pusat. Dan penyidik dari Departemen Intelejen Negara juga turut menginterogasi mereka satu per satu, dan semua mereka menceritakan kisah yang sama. Maka para penyidik semakin yakin akan ringannya pelanggaran mereka, dan tidak ada hubungan sama sekali dengan hal-hal berbahaya. Maka mereka dijatuhi vonis 6 bulan tahanan, yang mana telah dijalani sebagai selama masa penyidikan, maka sisa hukuman mereka hanya 4 bulan saja.
Pendirian Front Islam Internasional untuk Memerangi Yahudi dan Salibis:
Tatkala Dr.Ayman masih terpenjara di Dagestan, Syaikh Usamah Bin Ladin mengirim undangan padanya untuk bertemu karena ada hal yang sangat penting. Berkali-kali permintaan ini datang dari Syaikh Usamah, bahkan syaikh Usamah bersikeras dengan hal ini (pada saat itu kepemimpinan Jam’ah tertutup rahasia di dalam penjara Dagestan untuk menjaga keselamatan Dr.Ayman dan para ikhwan). Karena ngototnya Syaikh Usamah dan permintaan yang datang berulang-ulang maka salah satu petinggi Jama’ah berhasil didatangkan ke Afghanistan untuk bertemu Syaikh Usamah disana, untuk membahas segala hal yang perlu dibahas. Sepulangnya dari Afghanistan ia menyampaikan pada jama’ah bahwa Syaikh Usamah meminta kehadiran langsung Dr.Ayman, karena beliau ingin mendeklarasikan “Front Islam Internasional Untuk Memerangi Yahudi dan Salibis”, sabagai utusan Jama’ah ia tidak bisa memberikan keputusan dalam pertemuannya dengan Syaikh Usamah dalam membahas hal sebesar ini.
Setelah Dr.Ayman bebas dan kembali ke Azerbaijan, beliau memutuskan untuk pindah ke Yaman dan tingal disana. Tetapi karena undangan untuk hadir ke Afghanistan datang berkali-kali, maka beliau memutuskan untuk berkunjung ke Afghanistan selama dua minggu saja, untuk membahas perkara “yang sepertinya sangat penting” dengan Syaikh Usamah, yang mana Dr.Ayman belum tahu sama sekali perkara apa itu. Karena dengan alasan keamanan, tidak mungkin wacana ini disampaikan pada beliau melalui alat komunikasi.
Akhirnya Dr.Ayman sampai ke Afghanistan, dan bertemu dengan Syaikh Usamah disana. Setelah diskusi a lot dan panjang, Dr.Ayman sepakat bergabung dengan Syaikh Usamah untuk membentuk dan mendeklarasikan “Front Islam Internasional Untuk Memerangi Yahudi dan Salibis”. Pada awal berdirinya Front ini adalah gabungan berbagai kelompok jihad yang tetap memiliki kepentingan dan tujuan masing-masing dan independen, selain memiliki tujuan mencapai visi dan misi bersama dalam front.
Maka lahirlah fatwa terkenal untuk membunuh dan memerangi Amerika sampai Amerika menghentikan kejahatan mereka atas seluruh kaum muslimin, ini terjadi pada 25 syawal 1418 H/22 Februari 1998 M.
Menyatu ke dalam Jama’ah Qa’idatul Jihad:
Hal ini terus berlanjut pada waktu itu, kemudian semakin jelas bahwa cakupan amal front ini menuntut totalitas dan kesungguhan dari Jama’ah Al-Qaida (grup Syaikh Usamah) dan Jama’ah Jihad (kelompok Dr.Ayman) dan Jama’ah-jama’ah lainnya. Maka pada tahun 2000, Jama’ah Al-Qaeda dan Jama’ah Jihad resmi bersatu dalam satu format baru dengan nama “Jama’ah Qa’idatul Jihad”. Peristiwa besar itu adalah kemenangan, pertolongan dan keberhasilan bagi setiap individu dari kedua jama’ah dan bagi Pergerakan Islam keseluruhan.
Berkata Dr.Ayman: “Ini adalah nikmat dari Allah, saya memohon pada Allah untuk menolong kita dengan mensyukuri ini. Patut bagi saya untuk memberitahukan jasa mulia seseorang, dia adalah yang paling berjasa dalam penyatuan penuh berkah ini As-Sayhid insyaAllah Komandan Abu Hafsh Al-Misri rahimahullahu, serta pihak lainnya dari kalangan para da’I dan mujahidin yang tidak mungkin saya sebutkan semua mereka, tetapi Allah mengetahui mereka semua, saya memohon pada Allah agar mereka diberi ganjaran terbaik,”
Dari dahulu sebenarnya Syaikh Ayman setelah melalui tahun-tahun yang panjang telah menyadari pentingnya menyatukan barisan mujahidin dalam projek umat ini. Dan mujahidin harus bersatu diatas aqidah yang murni dalam persatuan itu, mereka harus mengangkat kehinaan yang menimpa kaum muslimin, mereka harus bisa memprioritaskan yang terpenting dari yang penting, mereka harus mampu menyampingkan hasrat dan nafsu pribadinya.
Berkata Dr.Ayman: “Dalam persatuan terdapat barakah yang luar biasa, tidak dapat merasakannya kecuali Allah telah menganugrahka ini padanya. Alangkah indahnya kebahagian dan kesenangan ini dan pertolongan yang penuh makna ini, yang telah Allah masukkan dalam dada orang-orang yang beriman dan dengan persatuan ini hati orang-orang kafir semakin kelam. Bahkan seorang mujahid senior menangis tersedu-sedu tatkala mendengar kabar gembira ini”
Hari diumumkan persatuan ini adalah hari kesaksian dengan karunia Allah, Syaikh Ayman meyebutkan dalam khutbah pada hari itu, beliau menujukan perkataannya untuk Syaikh Usamah:
“Kami telah datang padamu, kami telah membai’atmu, kami ulurkan tangan kami padamu, dan kau ulurkan tanganmu menyambut tangan mereka yang telah syahid dan tidak diketahui dimana kuburan mereka, para tahanan yang tidak diketahui dimana penjara mereka, wanita yang berduka yang tidak tahu dimana anak-anaknya, para janda yang tidak tahu dimana suami-suami mereka, dan anak yatim yang mereka tidak tahu dimana ayah-ayah mereka, mereka semua datang bersama kami membaiatmu, mereka tidak meminta darimu materi atau harta rampasan perang, mereka hanya memintamu untuk membalas siapa saja yang telah mendhalimi mereka, dan kami datang padamu dengan hanya membawa kegelisahan dan kesedihan kami, dan kami tidak memiliki apapun, kami tidak meminta darimu bagian atau materi melainkan mari kita bersama berperang di jalan Allah, hingga kita menang atau kita syahid”
Dan berkata Syaikh Ayman: “Pada perayan ini, saya ingin mengingatkan para ikhwan yang terhormat, tentang orang yang sangat berjasa menyatukan kita hari ini, sehingga kita menyaksikan peristiwa besar ini, beliu adalah senior kita As-Syahid InsyaAllah Abu Ubaydah Al-Binsyiri, istirahatlah dengan tenang wahai Abu Ubaydah, sesungguhnya persatuan yang dahulu engkau cita-ctakan kini telah terwujud.”
Dan Syaikh Usamah bin Ladin juga berkhutbah dalam momen itu, dan berkata: “Sesungguhnya kita tidak kan melupakan para tahanan yang berada di panjara-penjara para thagut”
Dan Syaikh Usamah juga berkata: “Saya bersaksi bahwa saudara-saudara kita di Jama’ah Jihad bersikap lebih mudah menerima persatuan ini daripada kita selama proses berlangsung”
Dan berkata Syaikh Sulaiman bin Abu Ghaits: “ini adalah perdagangan yang sangat menguntungkan wahai Doktor, ini adalah perdagangan yang sangat menguntungkan wahai Doktor”
Sehari kemudian para qiyadah datang berkunjung ke para ikhwan yang sedang berlatih di kamp Al-Faruq. Dan As-Syahid insyaAllah Komandan Abu Hafsh memberikan untaian kata yang sangat indah:
“Sekarang kita hidup dalam naungan syari’at Islam, kita berkumpul disini berasal dari berbagai belahan dunia, kita berlatih disini, kita mempersiapkan diri kita disini, dan disini pula telah bersatu kelompok-kelompok pergerakan Islam, mengapa? Karena Allah menginginkan sesuatu muncul darisini, Allah menginginkan sesuatu dari tempat ini, maka bergembiralah wahai para ikhwan, dan bersabarlah.
Sesungguhnya pembebasan Palestin akan terjadi melalui tempat ini, dan pembebasan Jazirah Arab juga dari tempat ini, dan mengembalikan negri-negri Islam kedalam naungan Islam dan Syari’at bermula darisini.
Dan bertahanlah wahai hamba-hamba Allah, bergemberilah dan satukan perjuangan kalian, bergabunglah dengan Kafilah penuh berkah ini, bergabunglah dengan kafilah ini. Sehingga engkau wahai saudara menjadi seorang mujahid berjihad di jalan Allah, dan kau kembali mengulangi dominasi Islam ke suluruh dunia sekali lagi.
Kita harus mengembalikan lagi dominasi kita atas umat manusia, inilah kesempatan kita. Iya benar, sekaranglah giliran kita, kita kembalikan umat manusia kepada kekuasan Allah, mari kita bersyukur pada Allah atas langkah penuh berkah ini, semua ini adalah karunia nikmat dari sisi Allah”
Setelah pertemuan itu usai, para ikhwah mendatangi Syaikh Usamah untuk membai’at beliau untuk melakukan amaliyah istisyhadi. Media massa dunia terguncang dan heboh dengan peristiwa ini, dan saya yakin 19 saudara kita (tim penyerang WTC, Pentagon dan White House) telah mendengarkan kabar gembira ini dan semakin bersemangat untuk meruntuhkan keangkuhan Thagut dunia saat ini (Amerika).
Pada fase itu berbondong-bondong para mujahid berbai’at pada Syaikh Usamah untuk berjihad di jalan Allah, seakan menjadi pertanda akan datangnya peperangan besar setelah itu.
Dr. Ayman Az-Zhawahiri Menjadi Amir Tandhim Al-Qaeda:
Pada 2011, umat kehilangan salah satu pahlawan terbesar dalam sejarah perjuangan kaum muslimin. Syaikh Usamah bin Ladin berhasil meraih cita-cita yang selalu diimpikan oleh setiap mujahid yang ikhlas, yaitu syahid fi sabilillah. Lalu Syaikh Ayman menggantikan posisi teman perjuangannya dan kekasih hatinya Syaikh Usamah bin Ladin rahimahullahu, untuk melanjutkan kepemimpinan tandhim jihad Al-Qaeda,
Saya memohon pada Allah agar menjaga Syaikh kita, dan menetapkannya di atas al-haq, dan semoga Allah menganugrahkan kita dan beliau kesyahidan dan kebaikan yang melimpah. Dan mengumpulkan kita bersama para nabi, orang-orang yang jujur dengan imannya, dan para syuhada’ dan orang-orang shalih, allahumma aamiin.
(banan/arrahmah.com)