NINIVEH (Arrahmah.com) – Gubernur Niniveh Achil An-Nujaifi menganggap apa yang ia namakan “kekeliruan-kekeliruan” komando keamanan menjadi sebab tewas dan cederanya 36 polisi di Mosul selatan. An-Nujaifi menganggap aneh sikap diam Pimpinan Umum Angkatan Bersenjata Irak atas kekeliruan-kekeliruan tersebut.
Dalam surat pernyataan resmi Gubernur Niniveh yang dikirimkan ke AlSumaria TV pada Ahad (23/2/2014), An-Nujaifi menulis “Kapan Pimpinan Umum Angkatan Bersenjata akan mengetahui kesalahan-kesalahan para perwiranya? Padahal sepekan sebelumnya kita sudah membicarakan keterlambatan sampainya pasukan bantuan dan logistik ke kota Hadhar sampai setelah peperangan berhenti dan para “teroris” mengundurkan diri. Kemarin adalah kejadian kedua, di desa Ghuzail, Mosul selatan dimana 26 polisi tewas dan 10 polisi penjaga ladang minyak cedera, setelah mereka bertempur satu setengah jam tanpa mendapatkan pasukan bantuan dan logistik apapun.”
An-Nujaifi menambahkan, “Herannya, tidak ada seorang perwira pun di antara korban tewas dan cedera.”
“Pimpinan Umum Angkatan Bersenjata telah mengirim mereka ke sana tanpa adanya planing yang menjamin pengiriman bantuan saat diperlukan. Meskipun kegagalan ini terjadi pada Pimpinan Umum, laporan-laporan yang diberikan kepada Pimpinan selalu menyebutkan kemenangan-kemenangan yang terus berlanjut,” kata An-Nujaifi.
Sumber pada kepolisian Niniveh menyatakan bahwa sekelompok bersenjata pada Sabtu (22/2/2014) menyerang peleton kepolisian rezim Syiah Irak yang mengamankan ladang minyak di kawasan Ain Al-Jahsy, distrik Hadhar, Mosul barat. Sedikitnya 26 polisi tewas dan sisanya cedera dalam serangan tersebut. Pihak keamanan rezim Syiah Irak belum memastikan apakah serangan itu dilakukan oleh Jama’ah Ansharul Islam, ISIS atau kelompok lainnya.
Propinsi Niniveh alias Ninawa beribu kota di Mosul dan berjarak sekitar 405 kilometer arah utara ibukota Baghdad. Operasi serangan mujahidin terhadap rezim Syiah Irak di propinsi Niniveh termasuk sangat gencar.
(muhib al majdi/arrahmah.com)