(Arrahmah.com) – Sebanyak 24 ribu data rahasia Pentagon telah dicuri pemerintahan asing dalam serangan cyber pada Maret. Wakil Menteri Pertahanan AS William Lynn mengatakan data-data tersebut dicuri dari sebuah komputer perusahaan kontraktor pertahanan.
Sebelumnya, Pentagon menyalahkan China atau Rusia jika terjadi pencurian data akibat serangan cyber, tapi insiden baru-baru ini membuat Pentagon khawatir jika pencurinya adalah kelompok ‘teroris’.
“Serangan dunia maya pada Maret lalu, sama saja dengan perang seperti di darat, udara dan laut,” kata Lynn ketika menjadi pembicara tentang strategi baru Pentangon menghadapi serangan cyber.
Insiden itu membuahkan panggilan untuk mengembangkan jaringan komputer yang lebih tangguh sehingga militer dapat terus beroperasi jika sistem dalam keadaan kritis atau bocor.
Sebenarnya, Pentagon telah lama khawatir dengan sistem komputernya yang mudah bocor sehingga militer tidak hanya mengandalkan komputer sendiri, tapi juga orang-orang dari kontraktor termasuk penyedia bahan bakar dan listrik.
Lynn mengatakan gangguan komputer dalam beberapa tahun terakhir telah membuat beberapa sistem Pentagon diperketat, termasuk teknologi pengawasan dan sistem komunikasi satelit.
Penetrasi industri pertahanan jaringan komputer menargetkan perangkat keras militer termasuk sistem pelacak misil dan sistem kapal induk.
Dalam dengar pendapat senat bulan lalu, Menteri Pertahanan Baru Leon Panetta mengatakan, “ada kemungkinan kuat bahwa insiden ini bisa mengarah layaknya serangan Pearl Harbor kedua atau bisa menjadi serangan cyber yang melumpuhkan kekuatan keamanan AS, keuangan dan sistem pemerintah.
Wakil Kepala Staf Gabungan, Jenderal Marinir James Cartwright, menegaskan bahwa AS harus mengambil tindakan yang bersifat ofensif bukan defensif.
“Untuk Kementerian Pertahanan, jaringan adalah benar-benar nyawa kami. Jika mereka benar-benar menyerang saya dan saya hanya memperkuat pertahanan, itu sangat sulit,” katanya.
Awal tahun ini, Presiden Barack Obama menandatangani perintah khusus yaitu meminta komandan militer AS menggunakan teknologi dalam menghadapi serangan cyber di seluruh dunia dan cara lainnya yang berbasis komputer untuk menyerang musuh AS, demikian dikutip dari Daily Mail. (ans/arrahmah.com)