KABUL (Arrahmah.id) – Tanggal 11 September menandai peringatan 23 tahun serangan terhadap Menara Kembar dan Pentagon di Amerika Serikat.
Serangan pada 2001 ini menyebabkan keterlibatan AS dan negara-negara NATO lainnya di Afghanistan.
Pada 11 September 2001, empat pesawat penumpang menargetkan menara World Trade Center di New York, yang mengakibatkan kematian lebih dari 3.000 orang. Pada saat itu, diyakini bahwa sembilan belas anggota kelompok Al-Qaeda telah mengubah pesawat penumpang menjadi senjata untuk melawan warga Amerika.
Ahmad Khan Andar, seorang analis militer, mengatakan kepada Tolo News: “Amerika Serikat menggunakan kehadiran pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden [rahimahullah] sebagai dalih dan, bersama dengan mitra militer NATO, menyerang Afghanistan. Mereka menggulingkan pemerintahan Taliban yang pertama dan, setelah enam tahun, membunuh pemimpin Al-Qaeda di Pakistan.”
Empat pekan setelah pidato ini, militer AS dan NATO, di bawah slogan “Operasi Kebebasan Abadi,” meluncurkan serangan ke Afghanistan yang dikuasai Taliban, sebuah perang yang menjadi perang terpanjang dalam sejarah Amerika.
Edris Mohammadi Zazai, seorang analis politik, mengatakan kepada Tolo News: tentang insiden 9/11: “Peristiwa itu menguntungkan bagi mereka, tapi bagi Afghanistan, itu tidak menguntungkan untuk satu momen atau menit pun. Afghanistan kehilangan setiap saat, setiap hari, dan tetap dalam keadaan terjajah.”
Konflik selama dua puluh tahun di Afghanistan telah membawa banyak korban. Selama dua puluh tahun ini, selain pasukan militer dari pemerintahan sebelumnya, rakyat Afghanistan juga membayar harga yang mahal.
Namun setelah dua puluh tahun, Imarah Islam Afghanistan mendapatkan kembali kekuasaannya di Afghanistan, dan dengan demikian, tentara Amerika terakhir meninggalkan Afghanistan pada 31 Agustus 2021, mengakhiri perang terpanjang Amerika. (haninmazaya/arrahmah.id)