MOGADISHU (Arrahmah.com) – Hingga 2,1 juta orang di Somalia diperkirakan akan menghadapi Krisis ketidakamanan pangan akut (IPC Tahap 3) atau bahkan hasil yang lebih buruk hingga Desember 2020, sebuah laporan baru mengatakan pada Rabu (30/9/2020), seperti dilansir Anadolu.
Krisis yang diperkirakan akan terjadi “hingga Desember 2020 jika tidak ada bantuan kemanusiaan”, disebabkan oleh “efek gabungan dari banjir yang meluas dan parah, pendudukan Gurun Locust, dampak sosial ekonomi Covid-19 dan dampak kumulatif dari guncangan sebelumnya,” Unit Keamanan dan Gizi (FSNAU), sebuah proyek yang dikelola oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, mengatakan dalam laporan itu.
“Selain itu, 849.900 anak di bawah usia lima tahun kemungkinan besar akan mengalami kekurangan gizi akut hingga Agustus 2021,” bunyi laporan itu.
“Dari Oktober hingga Desember, kerawanan pangan diperkirakan akan memburuk di antara rumah tangga miskin dengan ternak terbatas atau kapasitas rendah untuk mengatasi gagal panen,” laporan itu memperingatkan.
“Produksi sereal Gu 2020 di Somalia selatan diperkirakan 74.000 ton. Ini 40 persen lebih rendah dari rata-rata jangka panjang untuk 1995-2019. Faktor utama untuk produksi biji-bijian 2020 di bawah rata-rata meliputi: banjir berulang dan parah, curah hujan yang tidak menentu dan musim kemarau yang berkepanjangan, ketidakamanan dan konflik,” jelas FSNAU.
Laporan tersebut selanjutnya memperingatkan bahwa tambahan 3 juta orang di negara Afrika Timur itu “diperkirakan akan mengalami IPC Tahap 2, menjadikan jumlah total orang yang menghadapi kerawanan pangan akut menjadi 5,1 juta.”
“Bantuan kemanusiaan harus dipertahankan hingga Desember 2020 untuk mencegah hasil Krisis (IPC Tahap 3) atau Darurat (IPC Tahap 4) untuk 2,1 juta orang,” desak FSNAU.
Perubahan iklim sangat terasa di Somalia, Chad dan wilayah Sahel, menurut pernyataan Samba Harouna Thiam, kepala Kantor Hubungan Lingkungan PBB, pada September tahun lalu.
Meningkatnya suhu dan curah hujan yang tidak terduga yang disebabkan oleh perubahan iklim telah menurunkan hasil panen. Komunitas miskinlah yang sering menghadapi paparan yang lebih besar terhadap bahaya iklim. (haninmazaya/arrahmah.com)