DAMASKUS (Arrahmah.com) – Lebih banyak anak yang meninggal di Suriah pada 2017 daripada tahun-tahun sebelumnya selama perang berlangsung di sana, ujar Sekjen PBB Antonio Guterres pada Senin (12/3/2018).
Generasi anak-anak Suriah menghadapi kehancuran psikologis dan bahaya yang terus meningkat dengan kematian anak-anak meningkat 50% tahun lalu dan jumlah tentara muda meningkat tiga kali lipat sejak 2015.
Sebuah laporan menemukan 2017 sebagai tahun terburuk bagi anak-anak Suriah, dengan 910 terbunuh dalam berbagai serangan tanpa ampun. Selain korban tewas, 361 anak terluka, 244 anak ditahan tanpa alasan jelas, 175 serangan terjadi pada fasilitas pendidikan dan kesehatan, menurut data yang dikeluarka oleh UNICEF.
“Saya sangat sedih dengan kerugian besar dan penderitaan rakyat Suriah,” ujar Guterres dihadapan Dewan Keamanan selama briefing mengenai status gencatan senjata 30 hari yang disetujui Dewan akhir bulan lalu.
“Dan saya sangat kecewa dengan semua pihak yang ada, tahun demi tahun, dengan tindakan atau kelambanan, dengan desain atau ketidakpedulian, membiarkan ini terjadi.”
Gencatan senjata yang disetujui Dewan pada Februari lalu telah gagal menghentikan beberapa pertempuran terburuk di Suriah, terutama di pinggiran kota Damaskus di mana serangan ofensif telah mengakibatkan kerusakan besar dan hilangnya banyak nyawa, lansir Daily Sabah pada Selasa (13/3).
“Terutama di Ghautah Timur, serangan udara, penembakan dan serangan darat telah meningkat setelah resolusi diadopsi dan mengklaim ratusan nyawa warga sipil-beberapa bahkan melaporkan jumlah korban lebih dari 1.000 orang,” ujar Guterres.
“Saya ingin menggarisbawahi urgensi untuk melihat evakuasi medis, perlindungan sipil, dan akses kemanusiaan penuh, tanpa hambatan sesegera mungkin.” (haninmazaya/arrahmah.com)