GAZA (Arrahmah.com) – Tahun ini telah menjadi salah satu tahun berdarah bagi warga Palestina di Tepi Barat, Al-Quds dan Jalur Gaza.
Sebuah serangan militer “Israel” di Jalur Gaza yang diblokade pada musim panas ini menyebabkan 2.160 warga Palestina, kebanyakan warga sipil, tewas, menurut angka resmi pemerintah Palestina.
Jumlah korban jiwa warga Palestina akibat serangan “Israel” pada musim panas melampaui jumlah total korban tewas dari dua perang “Israel” terhadap Gaza yang terjadi sebelumnya, termasuk “Operasi Cast Lead” yang berlangsung selama 21 hari pada tahun 2008/2009 yang menyebabkan sedikitnya 1.500 warga Palestina tewas.
Serangan “Israel” di Gaza – yang diakhiri oleh kesepatakan gencatan senjata pada 26 Agustus antara “Israel” dan faksi-faksi Palestina – juga menyebabkan lebih dari 11.000 warga Palestina terluka di Jalur Gaza yang diserang.
Tahun ini juga masih diliputi ketegangan di Tepi Barat dan Al-Quds yang diduduki.
Sebelum perang Gaza, tiga pemukim “Israel” telah diculik dan dibunuh, diduga dilakukan oleh kelompok bersenjata Palestina di Al-Quds, walaupun fraksi Palestina membantah klaim tersebut dan menuding “Israel” berada dibalik skenario terbunuhnya tiga pemukim “Israel” itu.
Menyusul insiden ini, seorang remaja Palestina diculik dan dibakar sampai mati oleh pemukim “Israel” di kota itu.
Ketegangan semakin diperburuk setelah pemerintah “Israel” menutup Kompleks Masjid Al-Aqsa di Al-Quds pada akhir Oktober.
Penutupan itu menyusul terlukanya seorang rabi ekstremis akibat ditembak oleh seorang penyerang Palestina.
Sepanjang tahun ini, sebanyak 68 warga Palestina, termasuk seorang pejabat senior, tewas di Al-Quds dan seluruh Tepi Barat yang diduduki.
Para korban itu sebagian besar terjadi selama bentrokan dengan pasukan “Israel” sebagai bagian dari protes anti-pendudukan atau selama serangan oleh orang “Israel” dan serangan oleh pemukim “Israel”.
Pada tanggal 29 Januari, warga Palestina berusia 22 tahun yang bernama Muhammad Mubarak ditembak dan dibunuh oleh tentara “Israel” saat ia bekerja di lokasi konstruksi.
Media “Israel” mengklaim bahwa orang itu tewas dalam pertempuran dengan pasukan “Israel”.
Pada tanggal 10 Desember Ziad Abu Ein, pejabat senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), tewas setelah terkena gas air mata selama pawai protes terhadap permukiman baru “Israel” di Tepi Barat.
Lebih dari 6.000 warga Palestina ditahan oleh tentara “Israel” dan polisi sepanjang tahun 2014, menurut PLO.
Pada tahun 2014, warga Palestina yang ditahan oleh “Israel” meningkat menjadi 56 persen dibandingkan tahun lalu, ungkap Abdel-Nasser Farawna, kepala Departemen Urusan Tahanan PLO.
Dia juga menambahkan bahwa telah terjadi peningkatan yang signifikan dari jumlah anak-anak Palestina yang ditahan sepanjang tahun ini.
Secara rata-rata, “Israel” menahan sebanyak 17 warga Palestina di wilayah pendudukan setiap hari, menurut Farawna.
Dia mencatat bahwa semua tahanan Palestina menjadi korban dari berbagai bentuk kekerasan fisik dan psikologis yang dilakukan oleh sipir “Israel”.
Farawna menambahkan bahwa jumlah warga Palestina meningkat tajam, menyusul penculikan tiga remaja “Israel” di bagian selatan Tepi Barat yang diduduki pada bulan Juni.
Penahanan warga Tepi Barat telah menjadi praktik umum bagi tentara dan polisi “Israel”.
Sebagian penahanan ini dibuat dengan dalih bahwa warga Palestina yang ditangkap tersebut merupakan buronan pemerintah “Israel”.
(ameera/arrahmah.com)