WASHINGTON (Arrahmah.com) – Administrasi Obama berjuang untuk mereduksi perdebatan mengenai target Juli 2011 untuk memulai penarikan pasukan dari Afghanistan, dan menggambarkan jadwal tersebut sebagai sebuah tanda penting dan awal transisi yang panjang, bukan tenggat waktu penarikan keseluruhan pasukan yang tidak bisa ditawar.
Sebuah keputusan yang dikeluarkan oleh presiden AS mengenai tanggal awal penarikan militer ini dikecam oleh kubu Republik yang melihatnya sebagai keputusan yang sewenang-wenang dan tanda yang memperlihatkan kelemahan asing pada Taliban. Jadwal tersebut merupakan bagian dari strategi pengiriman 30.000 pasukan tambahan AS dalam rangka ‘menstabilkan’ konflik.
Menteri luar negeri AS, Hillary Clinton, dan sekretaris pertahanan, Robert Gates, keduanya berusaha keras menjelaskan bahwa jadwal tersebut diputuskan dengan mempertimbangkan hal lain termasuk optimisme bahwa senjata nuklir Pakistan ada dalam keadaan yang aman, yang dibantu oleh langkah-langkah keamanan AS.
Dalam program berita pagi hari Minggu (6/12), Clinton berusaha untuk tidak terlalu membahas tanggal penarikan: “Kami tidak bicara tentang strategi keluar atau tenggat waktu yang tidak lagi bisa ditawar.”
Clinton menggambarkan jangka waktu yang ditentukan Obama itu sebagai bagian dari suatu ‘penilaian’ bahwa pihaknya dapat memulai sebuah transisi untuk menyerahkan tanggung jawab keamanan terhadap pasukan Afghanistan.
Menanggapi tanggapan bahwa lonjakan penambahan pasukan akan menyebabkan peningkatan jumlah korban di pihak pasukan asing, terutama AS, Gates berdalih tanggal penarikan mundur dipilih karena pada tanggal itu tepat dua tahun setelah penambahan pasukan AS dari Irak ke Helmand selatan, agar para jenderal memperoleh waktu untuk menilai keberhasilan operasi.
“Kami akan mulai membawa pasukan kami pulang, sedikit demi sedikit,” kata Gates. “Tapi seberapa cepat ia pergi akan sangat tergantung pada kondisi di lapangan. Kami akan memiliki sejumlah besar pasukan di sana selama waktu yang cukup lama.”
Pada saat yang sama, perdana menteri Inggris Gordon Brown menjanjikan 500 pasukan, untuk menambah pasukannya di Afghanistan menjadi lebih dari 10.000 personil. Sementara Italia akan mengirimkan 1.000 pasukan, dan Polandia tidak mau ketinggalan untuk mengirimkan 600 pasukan tambahan.
Brown yakin bahwa kendali atas beberapa titik di sejumlah provinsi di Afghanistan akan dapat dilimpahkan pada pasukan keamanan Afghanistan tahun depan. Namun, tanggapan berbeda datang dari pemimpin Konservatif David Cameron yang mengunjungi Afghanistan minggu lalu. Ia menentang penarikan pasukan yang dijadwalkan Obama dan menganggapnya sebagai jadwal yang tergesa-gesa dan hanya memberikan harapan kosong bagi kemenangan asing di Afghanistan.
Para petinggi pertahanan AS yakin bahwa pihaknya telah membuat kemajuan dalam usaha berburu pimpinan Al Qaidah, Usamah bin Ladin, yang menurut mereka adalah salah satu tujuan penting dilancarkannya aksi militer di Afghanistan. “Sejak beberapa tahun lalu badan intelejen kami telah memperoleh informasi mengenai keberadaan Bin Ladin,” kata Gates.
Gates yakin bahwa Usamah bin Ladin saat ini sedang bersembunyi di Waziristan Utara, sebuah daerah pegunungan yang menjadi pembatas antara Afghanistan dan Pakistan. Gates menyebut wilayah tersebut sebagai wilayah yang belum terjamah oleh pemerintah Pakistan. (althaf/grdn/ansr/arrahmah.com)