TEHERAN (Arrahmah.com) – Rezim Iran menyatakan bahwa sekitar 200.000 orang telah ambil bagian dalam protes anti-pemerintah terbesar dalam 40 tahun sejarah Iran, dan seorang anggota parlemen mengatakan 7.000 orang telah ditangkap.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, dalam sambutannya yang terkuat sejak kerusuhan memuncak, mengklaim kekerasan selama dua minggu sebagai hasil dari “konspirasi yang sangat berbahaya,” sementara ia bersikeras bahwa hal itu sudah benar-benar dihentikan, lansir Reuters (27/11/2019).
Iran tidak memberikan angka kematian resmi untuk kerusuhan tersebut, tetapi Amnesti International mengatakan awal pekan ini bahwa mereka telah mendokumentasikan kematian sedikitnya 143 pendemo, laporan yang tidak diakui Teheran.
Angka tersebut akan menjadikannya kerusuhan anti-pemerintah paling mematikan setidaknya sejak tahun 2009 saat rakyat Iran memprotes pemilihan umum.
Menurut IRNA, Menteri Dalam Negeri Abdolreza Rahmani Fazli mengatakan hingga 200.000 orang ambil bagian secara nasional dalam kerusuhan itu. Hossein Naqavi-Hosseini, seorang anggota komite keamanan nasional parlemen, mengatakan sekitar 7.000 orang telah ditangkap, situs berita Entekhab melaporkan.
Laporan rincian mengenai kerusuhan sangat sulit untuk dilaporkan dari luar Iran, terutama karena rezim telah mematikan internet.
Fazli mengatakan sekitar 731 bank, 70 pompa bensin dan 140 situs pemerintah telah dibakar. Lebih dari 50 pangkalan yang digunakan oleh pasukan keamanan diserang, katanya, dalam sambutan yang diterbitkan oleh kantor berita resmi IRNA.
Para pemuda Iran awalnya memprotes kenaikan harga bahan bakar hingga 50 persen. Sejak kenaikan harga, konsumsi harian bensin hanya mencapai 20 juta liter, turun drastis dari 98 juta liter sebelum kenaikan, perusahaan distribusi bahan bakar negara NIOPDC melaporkan pada Selasa (26/11). (haninmazaya/arrahmah.com)