GAZA (Arrahmah.com) – Sebuah kebakaran besar disebabkan oleh hubungan pendek telah merenggut nyawa dua bocah laki-laki di Jalur Gaza. Sementara ayah mereka menderita luka bakar tingkat menengah, ujar keluarga mereka pada Ahad (4/1/2015) kepada Anadolu Agency (AA), sambil menyalahkan krisis listrik kronis akibat serangan “Israel” ke Gaza atas kematian mereka.
“Arus listrik yang terputus-putus sebentar-sebentar selama beberapa menit, memicu arus pendek di ruang dua anak-anak, yang menyebabkan kebakaran besar pada Sabtu malam (3/1), menyebabkan kematian mereka,” Fatma al-Hubail, bibi kedua anak-anak, kepada AA di rumah keluarga di Kota Gaza.
Menurut al-Hubail dalam World Bulletin, kedua kakak beradik tersebut baik yang berusia 3 dan 4 sedang tidur ketika kebakaran terjadi di kamar mereka. Setelah mengetahui ada kebakaran, keduanya menjadi takut, lalu anak-anak itu berlari ke lemari kamar mereka, berpikir mereka akan aman di dalam.
“Ayah mereka mencoba untuk menyelamatkan mereka, tapi ia pingsan karena menghirup asap,” tambahnya.
Al-Hubail mencatat bahwa ayah mereka, Mohamed, tidak pernah menggunakan lilin saat listrik keluar di masa lalu, jangan sampai rumah harus terbakar sebagai hasilnya.
Ia mengatakan ada beberapa kasus rumah tetangga yang terbakar saat warga mereka menggunakan lilin untuk mendapatkan cahaya.
Pada bulan Januari 2013, enam anggota keluarga tewas ketika rumah mereka di Kota Gaza terbakar juga. Kebakaran itu disebabkan oleh lilin keluarga yang digunakan untuk mendapatkan cahaya setelah pemadaman listrik.
“Saya menyerukan kepada masyarakat internasional untuk campur tangan untuk membantu kami mengatasi krisis listrik ini,” kata al-Hubail.
Gaza, yang telah diblokade oleh “Israel” sejak tahun 2007, telah terganggu oleh krisis listrik selama sekitar 7 tahun hingga sekarang, setelah “Israel” memperketat blokadenya.
Sejak 2012, sistem rotasi telah digunakan dalam memberikan listrik ke rumah-rumah di Jalur Gaza. Listrik dialirkan ke beberapa rumah selama 6 jam dan kemudian dipotong untuk disampaikan ke rumah lainnya selama 6 jam lebih.
Di antara faktor-faktor yang memperburuk krisis listrik di Gaza masalah dengan infrastrukturnya, kekurangan bahan bakar industri yang diperlukan untuk menghasilkan listrik, serta masalah teknis dengan hanya berfungsi pembangkit listrik Gaza.
Selama serangan “Israel” terbaru di Jalur Gaza – yang berlangsung selama 51 hari dan meninggalkan 2.160 orang Palestina tewas- satu-satunya pembangkit listrik disana tidak beroperasi setelah tangki bahan bakar utamanya menjadi sasaran serangan udara “Israel”.
Meskipun generator pembangkit listriknya tetap masih bisa berfungsi, namun kini telah berhenti berjalan karena kekurangan bahan bakar kronis terjadi di Gaza.
Jalur Gaza membutuhkan 360 megawatt listrik -yang tersedia kini hanya 200 megawatt- untuk memenuhi kebutuhan sekitar 1,9 juta penduduknya.
Gaza saat ini memiliki tiga sumber listrik: “Israel”, yang menyediakan 120 megawatt; Mesir, yang memasok 28 megawatt; dan pembangkit listrik Gaza, yang menghasilkan antara 40 dan 60 megawatt setiap hari. (adibahasan/arrahmah.com)