KARAKALPAKSTAN (Arrahmah.id) – Delapan belas orang tewas dan 243 terluka dalam kerusuhan di provinsi otonomi Karakalpakstan di Uzbekistan yang pecah pekan lalu karena rencana untuk membatasi otonominya, kata pihak berwenang Uzbekistan, pada Senin (4/7/2022).
Pasukan keamanan menahan 516 orang saat membubarkan para pengunjuk rasa Jumat lalu tetapi sekarang telah membebaskan banyak dari mereka, kata kantor pers garda nasional dalam sebuah pernyataan.
Pada Sabtu (2/7) Presiden Shavkat Mirziyoyev membatalkan rencana untuk mengamandemen pasal-pasal konstitusi mengenai otonomi Karakalpakstan dan haknya untuk memisahkan diri. Dia juga mengumumkan keadaan darurat selama sebulan di provinsi barat laut itu.
Laporan resmi mengatakan pengunjuk rasa telah berbaris melalui ibu kota provinsi Nukus pada Jumat lalu dan mencoba untuk merebut gedung-gedung pemerintah daerah, memicu serangan kekerasan terburuk dalam hampir dua dekade di negara Asia Tengah berpenduduk 34 juta orang tersebut.
Kremlin mengatakan pada Senin (4/7) bahwa kerusuhan mematikan yang pecah di wilayah Karakalpakstan Uzbekistan adalah “masalah internal” untuk Tashkent. Berbicara kepada wartawan, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa Rusia menganggap Uzbekistan sebagai “negara sahabat” dan tidak ragu bahwa kepemimpinannya akan bekerja untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Karakalpakstan, terletak di tepi Laut Aral yang selama beberapa dekade menjadi lokasi bencana lingkungan, merupakan tempat tinggal bagi Karakalpaks, sebuah kelompok etnis minoritas yang bahasanya lebih dekat ke Kazakh daripada Uzbekistan.
Mirziyoyev berbicara pada Senin (4/7) kepada Kassym-Jomart Tokayev, presiden Kazakhstan yang merupakan rumah bagi diaspora Karakalpak terbesar di luar negeri. Kantor Tokayev mengatakan dia menyambut baik langkah-langkah Tashkent untuk memastikan stabilitas di Karakalpakstan. (rafa/arrahmah.id)