GAZA (Arrahmah.id) – Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) mengumumkan bahwa perkiraan menunjukkan sekitar 17.000 anak-anak Palestina di Gaza telah kehilangan orang tua mereka atau terpisah dari keluarga mereka.
Direktur Komunikasi UNICEF di Wilayah Palestina, Jonathan Krekes, mengatakan dalam konferensi pers pekanannya pada Jumat (2/2/2024) bahwa perkiraan menunjukkan bahwa 17.000 anak di Jalur Gaza tidak memiliki orang tua atau terpisah dari keluarga mereka.
Ketika “Israel” melanjutkan agresinya di Jalur Gaza, serangannya telah mengakibatkan kematian lebih dari 27.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza.
“Orang tua dari anak-anak di Jalur Gaza terbunuh, terluka, atau terpaksa pindah ke tempat lain,” kata Jonathan Krekes kepada wartawan di Jenewa, melalui tautan video dari Yerusalem.
Dia menyatakan, “Keadaan psikologis anak-anak Palestina sangat terpengaruh, dan mereka menunjukkan gejala-gejala seperti tingkat kecemasan berlebihan dan kehilangan nafsu makan. Mereka tidak bisa tidur, dan mengalami serangan emosional atau panik setiap kali mendengar ledakan.”
Ia menambahkan, “Anak-anak ini tidak ada hubungannya dengan perang ini. Namun mereka menderita dengan cara yang tidak boleh dialami oleh anak mana pun. Tidak ada anak, terlepas dari agama, kebangsaan, bahasa atau rasnya, yang boleh terkena dampak yang kita saksikan sejak 7 Oktober 2023.
Ia melanjutkan, “Ada beberapa anak yang orang tuanya tidak dapat diidentifikasi. Ada anak yang masih terlalu kecil atau dalam keadaan syok sehingga tidak bisa menyebutkan namanya.”
Crix mengatakan, ada dua anak berusia 4 dan 6 tahun yang saling berhubungan. Mereka kehilangan seluruh keluarganya pada awal Desember lalu, seraya menambahkan bahwa anak berusia 4 tahun itu dalam kondisi sangat shock.
Dalam beberapa bulan terakhir, agresi “Israel” di Jalur Gaza telah menghasilkan istilah baru, disingkat “WCNSF,” yang berarti “seorang anak yang terluka tanpa keluarga yang masih hidup untuk merawatnya.”
UNICEF juga melaporkan pada Januari lalu bahwa seribu anak di Gaza kehilangan salah satu atau kedua kakinya sejak awal serangan “Israel”.
Pernyataan tersebut menambahkan bahwa sebagian besar operasi untuk anak-anak dilakukan tanpa anestesi, dan juga menunjukkan kurangnya tim medis dan peralatan di Jalur Gaza. (zarahamala/arrahmah.id)