NEW DELHI (Arrahmah.com) – Tujuh belas anggota dari kelompok radikal Hindu telah ditangkap setelah seorang pria Muslim dipukuli sampai mati di India barat, kata seorang pejabat penting kepolisian, pada Jumat (6/6/2014).
Orang-orang itu diinterogasi dalam kasus pembunuhan Mohsin Sadiq Shaikh di Pune, kata Wakil Komisaris Kepolisian Manoj Patil.
Shaikh dan seorang temannya dalam perjalanan pulang dari masjid ketika sekelompok orang mengepung dua pria itu dan memukuli Shaikh dengan batang besi dan tongkat hoki.
Kelompok-kelompok radikal Hindu menuduh bahwa Shaikh telah memposting gambar yang menghina di Facebook. Kelompok tersebut juga menggelar protes akhir pekan lalu di Pune dan kota-kota sekitarnya di negara bagian Maharashtra, kata Santosh Mohite, seorang petugas polisi Pune.
Para pengunjuk rasa melempari batu ke masjid dan sekolah Muslim di pinggiran Pune dan kota-kota Solapur, Satara dan Raigarh. Polisi sedang menyelidiki serangan-serangan serta kemungkinan akan lebih banyak lagi yang ditangkap, kata Mohite.
Salah satu kelompok yang bernama Hindu Rashtra Sena, atau Tentara Nasional Hindu, telah memprotes postingan gambar Shivaji, seorang ksatria abad ke-17, dan Bal Thackeray, seorang pemimpin nasionalis Hindu yang dihormati.
Shaikh tidak ada hubungannya dengan postingan gambar tersebut, tetapi dia ditangkap oleh anggota bersenjata Hindu Rashtra Sena dan dipukuli sampai mati, kata Mohite.
Shaikh, (28), bekerja sebagai seorang manajer di sebuah perusahaan di Pune.
“Kami menganggap ini sebagai kejahatan kebencian terhadap agama minoritas,” kata Mohite.
Keamanan pun diperketat dengan lebih banyak polisi yang dikerahkan di jalan-jalan untuk berjaga-jaga di dekat masjid, terutama pada saat shalat Jum’at, kata pihak kepolisian.
Polisi juga menyelenggarakan pertemuan antara tokoh Hindu dan para pemimpin Muslim untuk memulihkan perdamaian dan ketenangan, kata Mohite.
“Gejolak kekerasan atas postingan yang beredar di Facebook dan WhatsApp, sementara pemilik halaman masih belum diketahui, sepertinya agak berlebihan untuk menunjukkan kemarahan. Para ekstrimis seharusnya mempertimbangkan dampak yang lebih besar terhadap wilayah secara keseluruhan dan kehidupan orang-orang yang kehilangan dalam insiden ini sebelum melakukan tindakan kekerasan. Sebuah sistem peradilan di negeri ini sudah dibentuk dimana seharusnya mereka dibiarkan untuk melakukan tugasnya. Di sisi lain, insiden tersebut juga telah berpotensi bagi media sosial untuk mendorong kebencian komunal. Facebook telah menghapus halaman itu tapi pemilik masih belum diketahui. Peradilan massa tidak boleh dilampiaskan kepada orang-orang yang tidak ada hubungannya dengan insiden atau kekerasan tersebut, dalam hal apapun,” Tulis Mayank Jain dalam websitenya Youth Ki Awaaz terkait dengan insiden pembunuhan terhadap Muslim di Pune India.
(ameera/arrahmah.com)