IDLIB (Arrahmah.com) – Setidaknya 168 elemen bersenjata, termasuk Korps Pengawal Revolusi Iran dan kelompok teroris asing di bawah komandonya, telah tiba di garis depan di Idlib barat laut Suriah, menurut informasi yang diperoleh oleh Anadolu Agency pada Jumat (23/10/2020).
Sekitar 75 elemen dari Korps Pengawal Revolusi telah berhasil melewati Irak dan memasuki Suriah dengan 30 kendaraan militer pada hari sebelumnya.
Pasukan Iran tersebut kemudian bergabung dengan total 93 elemen bersenjata lainnya yang berafiliasi dengan kelompok teroris yang didukung Iran dan milisi Shabiha pro-rezim di provinsi Deir Az-Zor di Suriah timur.
Elemen-elemen bersenjata Iran bergabung dengan barisan rezim Asad di garis depan di zona de-eskalasi di kota Idlib, mereka mulai bergerak dari Deir Az-Zor pada Kamis (22/10).
Situasi di Idlib
Sebelumnya, Turki, Rusia dan Iran telah membuat empat zona de-eskalasi saat menghadiri pertemuan Astana yang digelar pada 4-5 Mei 2017. Empat zona de-eskalasi tersebut adalah provinsi Idlib dan beberapa wilayah di provinsi tetangga (Aleppo, Latakia, dan Hama), sebuah wilayah di utara Homs, pinggiran kota Damaskus, Ghouta Timur, dan sejumlah provinsi di Suriah Selatan (Daraa dan Quneitra).
Tetapi rezim dan teroris yang didukung Iran dan Rusia, menyerang dan merebut tiga dari empat zona tersebut dan kini berusaha untuk merebut Idlib.
Turki dan Rusia mencapai kesepakatan tambahan di Sochi untuk memperkuat gencatan senjata pada September 2018.
Rusia dan pasukan rezim melancarkan operasi untuk merebut seluruh wilayah pada Mei 2019 dan merebut sebagian besar area pemukiman di dalam zona de-eskalasi Idlib.
Terakhir, kesepakatan baru dicapai antara Turki dan Rusia pada 5 Maret di Moskow.
Pasukan rezim Asad dan sekutunya telah berkali-kali melanggar kesepakatan gencatan senjata yang telah mereka setujui. Bahkan di periode 2017-2020, serangan yang dilancarkan oleh pasukan rezim, dengan dukungan Iran dan Rusia, telah menyebabkan hampir 2 juta warga sipil bermigrasi ke daerah-daerah yang dekat dengan perbatasan Turki.
Kehadiran teroris asing yang didukung Iran di Deir Az-Zor
Kota Deir Az-Zor, yang berada di perbatasan Suriah-Irak, adalah kota yang menyediakan koneksi darat dari Iran ke Lebanon. Jaringan pipa dan jalur perdagangan dari Irak dan Yordania juga melewati kota ini.
Pusat kota dan wilayah barat Deir Az-Zor jatuh ke tangan rezim Asad dengan bantuan kelompok yang didukung Iran dan Rusia setelah penarikan teroris Daesh / ISIS pada November 2017.
Kelompok teroris asing yang didukung Iran, “kekuatan hitam” rezim, sebagian besar ditempatkan di Deir Az-Zor.
Anggota Korps Pengawal Revolusi Iran memimpin kelompok asal Iran, Irak, Lebanon, Afghanistan, dan Pakistan yang berbasis di Deir Az-Zor, yang merupakan tempat tinggal orang-orang Arab Sunni.
Kelompok-kelompok yang didukung Iran menyediakan pendidikan berbasis sekte, mengatur kegiatan budaya, dan membuka “husayniyah”, tempat ibadah milik kepercayaan Syiah, di bangunan-bangunan yang mereka sita di Deir Az-Zor. (rafa/arrahmah.com)