JAYAWIJAYA (Arrahmah.com) – Kerusuhan mematikan melanda Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin (23/9/2019).
Dampak dari kerusuhan tersebut, 16 orang tewas dan 65 terluka.
“Sementara lagi didata, dapat dilaporkan 16 orang meninggal, warga masyarakat,” ujar Kapendam Cenderawasih Letkol Cpl Eko Daryanto, Senin (23/9), sebagaimana dilansir Detik.com.
Sebelumnya, polisi menyebut tujuh orang polisi terluka dalam kerusuhan di Wamena. Mereka terluka akibat penyerangan dengan panah.
“Ya, tujuh orang luka-luka. Dia pakai panah busur,” ujar Kapolres Jayawijaya AKBP Tonny Ananda Swadaya saat dihubungi wartawan, Senin (23/9).
Tonny mengungkapkan, para perusuh–dari Komite Nasional Papua Barat (KNPB)–ini, menyusup dengan menggunakan seragam SMA ke kelompok pelajar PGRI. Mereka membakar sejumlah bangunan, termasuk kantor bupati di Wamena.
“Kelompok ini mau bikin lagi (rusuh), nyerang malam hari. Mereka kan anarkis. Kita sempat baku tembak sama KKB, sempat dia tembak-tembak di Jalan Irian,” jelasnya.
Terkait kerusuhan ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah membatasi akses internet di Wamena.
Hal ini dikatakan oleh Plt Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo, Ferdinandus Setu.
“Barusan dapat update: Pak Menteri sudah meminta operator untuk pembatasan layanan data di Wamena dan sudah dilakukan oleh operator,” kata Ferdinandus Setu dalam keterangan tertulisnya.
Seperti diketahui, terjadi unjuk massa yang terdiri dari para siswa SMA dan beberapa masyarakat di Kota Wamena, Papua, Senin (23/9/2019), yang memicu kerusuhan. Massa bertindak anarkis dengan membakar rumah masyarakat, kantor pemerintah, kantor PLN dan beberapa warung.
Unjuk rasa terjadi karena adanya dugaan perkataan bernada rasisme yang diucapkan guru pada siswa.
Namun, Polri kemudian mengungkapkan kabar tersebut adalah hoaks.
(ameera/arrahmah.com)