BANDA ACEH (Arrahmah.com) – Ratusan warga Aceh terjaring dalam razia penegakan syariat islam yang dilakukan personel Wilayathul Hisbah (WH) dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) di kawasan rekreasi pantai Ladong, Aceh Besar, ANTARA melaporkan.
Kepala Satpol PP dan WH kabupaten Aceh Besar, Rusli, Minggu (4/7), mengatakan razia gabungan yang melibatkan personel polisi, TNI dan pegawai perhubungan itu juga memberikan sosialisasi peraturan daerah (Qanun) Nomor 11/2002 tentang Pelaksanaan Syariat Islam bidang Aqidah, Ibadah, dan Syiar Islam dan Qanun nomor 14/2003 tentang khalwat.
“Ada 155 warga yang menggunakan pakaian tidak sesuai dengan syariat serta 17 pasangan bukan muhrim terjaring akibat berduaan di tempat yang sunyi,” katanya.
Razia yang dilakukan selama dua jam lebih itu mengakibatkan warga, terutama berusia remaja, kocar-kacir meninggalkan tempat rekreasi di pesisir Pantai Ladong, Kabupaten Aceh Besar.
Ia mengatakan warga yang terjaring pada razia tersebut telah didata dan membuat pernyataan tidak akan mengulangi pelanggaran qanun tentang syariat islam dan menjaga pakaian mereka saat di tempat umum.
“Semua yang terjaring telah kami data dan mereka telah menandatangani surat perjanjian tidak mengulangi lagi perbuatan yang melanggar qanun syariat Islam, ” katanya.
Dia juga berharap peran serta seluruh komponen masyarakat untuk mematuhi dan menyosialisasikan peraturan tentang syariat islam sehingga terwujud pelaksanaan secara “kaffah” (sempurna).
“Mustahil syariat Islam dapat terlaksana dengan baik tanpa dukungan dari seluruh komponen masyarakat, apalagi jumlah personel WH dan Satpol PP sangat terbatas,” katanya.
Wartawan ANTARA melaporkan razia gabungan yang melibatkan 70 porsonel lebih di lintasan jalan Banda Aceh – Krueng Raya mengakibatkan ratusan pasangan yang diduga nonmuhrim kocar kacir untuk menghindari pemeriksaan petugas.
Mayoritas pasangan remaja menggunakan sepeda motor yang memakai celana dan baju ketat barbalik arah menuju ke kota Banda Aceh atau Kreung Raya saat mengetahui ada razia WH.
“Beberapa minggu lalu, saya juga didata dan disuruh menandatangani surat pernyataan oleh petugas WH karena memakai celana ketat, daripada terjaring lagi lebih baik balik ke kota Banda Aceh,” kata seorang remaja putri. (ant/arrahmah.com)