KHAN YUNIS (Arrahmah.id) – Sekitar 150.000 warga Palestina telah meninggalkan wilayah Khan Yunis hanya dalam satu hari, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Hal ini menyusul perintah evakuasi yang dikeluarkan oleh pasukan ‘Israel’ dan “meningkatnya intensitas pertempuran” di wilayah tersebut, kata juru bicara PBB Stephane Dujarric dalam jumpa pers pada Selasa (23/7/2024).
“Berdasarkan penilaian rekan-rekan kemanusiaan yang memantau pergerakan penduduk di wilayah tersebut,” katanya, “sekitar 150.000 orang mengungsi dari wilayah di Khan Yunis” pada Senin (22/7).
Dujarric mengatakan bahwa Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyatakan kekhawatirannya “tentang jeda yang pendek antara saat disebarnya selebaran yang meminta orang-orang untuk pergi dan meningkatnya operasi militer,” yang menimbulkan risiko signifikan bagi mereka yang mengungsi.
“Sebagai contoh, penundaan itu berlangsung sekitar satu jam. Banyak yang terlihat bepergian tanpa membawa barang bawaan,” tegasnya.
Dujarric mengatakan eskalasi permusuhan yang terjadi di wilayah tersebut juga mengakibatkan banyak orang terjebak di area evakuasi.
Ini termasuk orang-orang dengan mobilitas terbatas dan anggota keluarga yang mendukung mereka, jelasnya.
Infrastruktur Sedikit atau Bahkan Tidak Ada
“Setiap perintah evakuasi benar-benar mengganggu kehidupan masyarakat,” kata juru bicara PBB, seraya menunjukkan bahwa masyarakat terpaksa pindah ke daerah dengan sedikit atau tanpa infrastruktur — di mana terdapat “akses yang sangat terbatas terhadap tempat berlindung, kesehatan, sanitasi, atau bantuan kemanusiaan lain yang menyelamatkan jiwa.”
Wilayah yang ditunjuk untuk evakuasi pada Senin (22/7) meliputi dua pusat kesehatan primer dan dua titik medis, serta selusin titik distribusi makanan dan delapan titik penyediaan makanan matang.
Namun, “Semuanya sudah berhenti beroperasi, dan hanya satu dapur umum yang masih beroperasi bagi mereka yang masih tertinggal,” katanya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kata Dujarric, Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis terpaksa menampung masuknya pasien, menyusul pertempuran di daerah tersebut.
Sementara itu, pengungsian juga terus berlanjut dari Jalur Gaza utara ke selatan, serta di dalam dan dari wilayah Al Bureij di Deir al Balah, katanya.
“Kemampuan pekerja kemanusiaan untuk mendukung para pengungsi baru — tentu saja dan jelas — sangat terbatas,” tambahnya.
Kendaraan UNICEF Terkena Serangan
Dujarric juga menyoroti bahwa pada Selasa (23/7), “dua kendaraan UNICEF (Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang ditandai dengan jelas terkena peluru tajam saat menunggu di titik penahanan yang ditentukan di dekat pos pemeriksaan Wadi Gaza.”
Dia menjelaskan bahwa mereka sedang dalam perjalanan untuk menyatukan kembali lima anak, termasuk seorang bayi, dengan ayah mereka.
“Ini adalah insiden penembakan kedua yang melibatkan mobil-mobil UNICEF dalam 12 pekan terakhir. Dan tentu saja, Anda akan ingat bahwa UNRWA (Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa) mengalami insiden serupa pada Ahad,” tambahnya. “Kami tegaskan kembali bahwa pekerja kemanusiaan dilindungi berdasarkan Hukum Humaniter Internasional dan tidak boleh menjadi sasaran.” (zarahamala/arrahmah.id)