6 Agustus 1996, saat fajar menyingsing, Mujahidin Chechnya menyerang Grozny (sejak 23 Januari 1997 namanya berubah menjadi Jokhar-red).
Rencana militer dan manajemen keseluruhan dari operasi untuk membebaskan ibukota Chechnya dengan dipim[pin oleh Kepala Staf Angkatan Bersenjata CRI, Jenderal Aslan Maskhadov (Insha Allah Syahid).
Total unit Mujahidin yang memasuki ibukota yang dipenuhi dengan tentara penjajah Rusia hanya 850 pejuang.
Hal ini, tidak hanya dua batalion yang mampu melumpuhkan semua efisiensi perang pasukan Rusia di kota, namun juga memblokir setiap usaha untuk merebut kembali Grozny oleh otoritas pendudukan. Meskipun dari dua bandara Khankala dan Sheikh Mansur (dua basis militer utama penjajah), jenderal Rusia mengirimkan lagi dan lagi tentara tambahan dan kendaraan lapis baja juga pasukan khusus untuk menghadapi perlawanan Mujahidin.
Mujahidin juga memblokade tentara penjajah Rusia yang berusaha menerobos ke Grozny dari Gudermes dan wilayah lain. Unit Mujahidin melakukan beberapa serangan sukses dan menghentikan musuh yang tengah dalam perjalanan menuju ibukota Chechnya.
Demikian juga, kereta yang menuju ibukota yang berjalan ke khankala dari Gusermes juga diblokir. Mujahidin juga menghentikan dan menghancurkan konvoy pasukan khusus yang datang dari Ingushetia di pinggiran Grozny.
Rusia mengalami kekalahan di wilayah Kurchaloivesk.
Selama dua minggu pertempuran, 850 Mujahid mendapat dukungan dari dua ribu milisi.
Setelah dua minggu menyerbu Grozny, Mujahid mendatangi tentara Rusia dan polisi Zavgayev, menghimbau agar mereka tidak melawan. Di Grozny, bersamaan dengan disebarkannya selebaran, Mujahid Chechnya melakukan komunikasi dengan tentara pendudukan melalui radio.
Selama dua hari pertama pertampuran, lebih dari 400 tentara penjajah tewas, 28 tentara bayaran ditangkap, menyita 27 kendaraan lapis baja, 4 kendaraan pengangkut personel, sebuah mortir 1120-mm dan lebih dari 300 senjata api serta sejumlah besar amunisi dan granat.
Antara desa Dzhugurty dan Mairtup, Mujahid Chechnya menyerang konvoy Rusia, menghancurkan 12 kendaraan baja dan membunuh lebih dari 100 tentara. Sisa-sisa tentara penjajah pindah ke Kurchaloi.
8 Agustus skeitar pukul 13.40 waktu setempat, Rusia membombardir perumahan sipil di dekat Grozny. Pada hari itu, Mujahidin membunuh 120 tentara penjajah, menyita 2 tank, empat kendaraan pengangkut personel dan 2 kendaraan tempur.
Dalam merespon serangan Mujahidin, dengan pengecut tentara penjajah melancarkan serangan di antara penduduk sipil di seluruh negeri.
Operator radio Chechnya merekam percakapan antara pilot dengan komando di basis militer di Khankala :
Pilot : Saya dapat melihat bus. Saya dapat melihat bus putih, apa yang harus saya lakukan?
Basis : Hancurkan!
Pilot : Dapatkah Anda memverifikasi?
Basis : Ini adalah perintah. Hancurkan!
Pilot : Ya.
8 Agustus 1996, 3 helikopter rusia mendarat di dekat desa Komsomolskoye. Tentara menghentikan beberapa mobil sipil, 18 orang diminta keluar untuk membantai mereka di tempat, tepat di depan perempuan dan anak-anak.
Di jalan menuju Grozny, sekitar 7 Km dari kota, helikopter Rusia melepaskan tembakan ke arah kendaraan dengan enam jurnalis asing di dalamnya, koresponden France Presse, IFA, WTN dan Radio Liberty. Helikopter menembaki mobil, meskipun sebuah tanda pers besar di kaca depan terlihat dari udara.
Para wartawan berlari ke luar mobil dan mencari tempat bersembunyi, namun helikopter terus memburu mereka hingga sekitar setengah jam. Hanya setelah kehabisan amunisi dan bahan bakar, mereka berbalik ke basis mereka. Jurnalis berhasil menyelamatkan nyawa mereka.
Peristiwa di atas hanyalah sekelumit kecil kisah dalam situasi perang di Chechnya 15 tahun silam.
***
Mujahidin Chechnya saar fajar pada 6 Agustus 1996 memasuki kota Grozny dari beberapa sisi.
Sebagian besar penduduk, seperti biasa, tidak percaya pada kemungkinan keberhasilan operasi di ibukota. Untuk alasan ini, sebagian besar penduduk tetap berada di Grozny meskipun peringatan telah dikeluarkan oleh komandan perang Chechnya.
Pasukan Mujahidin memasuki kota, mereka semua membawa senjata.
Mereka datang setelah mengucapkan selamat tinggal di pagi buta terhadap seluruh keluarga dan berharap mereka mendapatkan kesuksesan.
Seorang wanita tua terlihat menangis berdiri di depan pinta, seorang pemuda Chechnya mengatakan : “Jangan menangis, Nan, kami akan mengajarkan kepada mereka pelajaran yang baik dan mereka akan mengingatnya sampai akhir hayat mereka, Insha Allah!”.
Dan pertempuran di pusat Grozny berlangsung dengan sengit. Dua atau tiga unit memasuki
kota, memperkuat pijakan mereka di tengah kota, terlibat dalam pertempuran sengit melawan pasukan penjajah Rusia yang lebih unggul dalam jumlah dan persenjataan, melawan serangan pasukan boneka dan polisi anti-huru-hara. Kelompok ini harus mengalahkan serangan Rusia yang paling kejam.
Perintah Rusia memutuskan untuk terus mengirim bala bantuan, kekuatan besar untuk menekan perlawanan, namun Allah memerintahkan yang berbeda.
Harapan orang-orang kafir, bahwa setelah serangan pasukan utama mereka, Mujahid Chechnya akan lari di malam hari dan terjatuh. Namun ternyata semuanya diluar dugaan mereka.
Rusia mulai diserang dari segala arah, pejuang Chechnya mengambil posisi defensif di sekitar pusat dan pinggiran kota.
Beberapa unit pasukan khusus rusia menunjukkan perlawanan keras, bagaimanapun, dalam pertempuran jarak dekat, banyak dari tentara Rusia yang berbalik dan melarikan diri.
Setelah menyerbu Grozny, Mujahid Chechnya mengatakan : “Sementara masuk ke kota, kami tidak dapat memastikan akan berapa lama kita dapat bertahan di sana, tetapi begitu kami memasuki kota dan terlibat pertempuran, kami melihat bantuan Allah dan kami tidak kehilangan kota.”
Penduduk menyambut Mujahidin sebagai pembebas. Sebagai respon, sekali lagi, dengan pengecut tentara Rusia mulai menembaki warga sipil setempat hingga tewas.
Bahu-membahu dengan warga Chechnya, warga dari Ukraina, Kabardians, Ingushetia, Nogai dan dari Dagestan turut membantu. (haninmazaya/arrahmah.com)