NEW YORK (Arrahmah.id) — Dalam pemungutan suara yang digelar Majelis Umum PBB, sebanyak 143 negara mendukung Palestina diberikan hak dan keistimewaan serta dijadikan anggota tetap PBB yang ke-194. Akan tetapi 9 negara termasuk Amerika Serikat (AS) dan Israel menentangnya, sedangkan 25 negara lainnya memilih abstain.
Dilansir CNBC (11/5/2024), kesembilan negara itu, yakni Argentina, Ceko, Hongaria, Israel, Mikronesia, Nauru, Palau, Papua Nugini, dan AS.
Adapun yang abstain adalah Albania, Austria, Bulgaria, Kanada, Kroasia, Fiji, Finlandia, Georgia, Jerman, Italia, Latvia, Lituania, Malawi, Kepulauan Marshall, Monako, Belanda, Makedonia Utara, Paraguay, Republik Moldova, Rumania, Swedia, Swiss, Ukraina, Inggris, dan Vanuatu.
Pemungutan suara oleh Majelis Umum yang beranggotakan 193 negara tersebut merupakan survei global atas dukungan terhadap upaya Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB setelah AS memveto di Dewan Keamanan PBB pada bulan lalu.
Resolusi tersebut tidak otomatis menjadikan Palestina sebagai negara anggota PBB karena memang harus disetujui terlebih dahulu oleh Dewan Keamanan PBB.
Dorongan Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB muncul tujuh bulan setelah perang antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina Hamas di Jalur Gaza, dan ketika Israel memperluas permukiman di Tepi Barat yang diduduki, yang oleh PBB dianggap ilegal.
“Kami menginginkan perdamaian, kami menginginkan kebebasan,” kata Duta Besar Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, kepada Majelis sebelum pemungutan suara.
“Suara ya adalah suara untuk eksistensi Palestina, tidak menentang negara mana pun. Ini adalah investasi dalam perdamaian. Memilih ya adalah hal yang benar untuk dilakukan,” katanya dalam pernyataan yang mendapat tepuk tangan, dikutip dari AFP (11/5).
Sementara, Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, berkata lain.
“Selama begitu banyak dari Anda yang ‘membenci Yahudi’, Anda tidak benar-benar peduli bahwa Palestina tidak ‘cinta damai’,” katanya, yang berbicara setelah Mansour, kepada rekan-rekannya sesama diplomat.
Erdan menuduh majelis tersebut merobek-robek Piagam PBB, sambil ia menggunakan mesin penghancur kertas kecil untuk menghancurkan salinan Piagam tersebut saat berada di mimbar.
Wakil Duta Besar AS untuk PBB Robert Wood mengatakan kepada Majelis Umum setelah pemungutan suara, bahwa tindakan sepihak di PBB dan di lapangan tidak akan memajukan solusi dua negara.
“Pemungutan suara kami tidak mencerminkan penentangan terhadap kenegaraan Palestina; kami telah sangat jelas bahwa kami mendukungnya dan berusaha untuk memajukannya secara bermakna. Sebaliknya, ini adalah pengakuan bahwa kenegaraan hanya akan datang dari proses yang melibatkan negosiasi langsung antara kedua belah pihak,” katanya. (hanoum/arrahamah.id)