XINJIANG (Arrahmah.com) – Kurang lebih 140 orang tewas dan lebih dari 800 lainnya mengalami cedera berat karena kerusuhan etnis dan diskriminatif yang terjadi di wilayah Xinjiang, Cina, antara etnis Han Cina dengan muslim Uighur yang selalu mengalami penganiayaan.
Juru bicara pemerintah mengkonfirmasi pada hari Senin (6/7) bahwa 140 orang dipastikan tewas, setelah ratusan warga setempat turun ke jalan di ibukota Urumqi hari Minggu (5/7) dan membakar dan menghancurkan kendaraan dan melawan pihak kepolisian dan pasukan anti huru-hara, ungkap agen berita Cina, Xinhua.
Xinhua tidak mengatakan berapa banyak yang terlibat dan berapa banyak yang ditangkap, tapi AFP mengatakan bahwa kerusuhan tersebut diikuti oleh 3.000 muslim Uighur, dan sekitar 300 ditangkap.
Kerusuhan diikuti oleh protes melawan penanganan pemerintah terhadap perseteruan antara karyawan suka Han dengan muslim Uighur di selatan Cina akhir Juni kemarin, yang menyebabkan dua orang muslim Uighur meninggal.
Polisi melepaskan beberapa tembakan ke udara untuk menghentikan bentrokan. Tiga orang dari etnis mayoritas Han Cina meninggal dalam penyerangan dan sejak saat itu mulai diberlakukan jam malam.
Tetapi, Senin (6/7) pagi situasi kembali bisa dikuasai, seperti yang dilaporkan dalam Xinhua.
Pemerintah Cina menyebut kerusuhan Minggu (5/7) di Urumqi sebagai “kekerasan yang direncanakan”, dengan memfitnah bahwa kerusuhan itu didalangi oleh Kongres Muslim Uighur Sedunia yang dipimpin oleh Rebiya Kadeer. Cina mensinyalir Kadeer saat ini mengasingkan diri di Amerika Serikat.
Kerusuhan tersebut merupakan kerusuhan terakhir yang terjadi selama 2009 di Xinjiang, tempat tinggal lebih dari delapan juta kaum muslimin Uighur, yang kebanyakan dari mereka harus menerima pendzaliman secara politik, ekonomi, bahkan untuk menjalankan aturan agama mereka sendiri oleh suku Han Cina selama puluhan tahun.
Selama periode yang panjang ini, muslim Uighur berusaha untuk mempertahankan diri dengan melalui kampanye melawan kekuasaan musyrik Cina. (Althaf/ptv/arrahmah.com)