Arab Saudi (armnews) – Menteri Dalam Negeri Arab Saudi, Nayef Bin Abdul Aziz dalam sebuah pernyataannya mengharapkan dapat terus meningkatkan kerja sama dengan Amerika, dan secepatnya mengekstradisi semua tahanan Arab Saudi di penjara Guantánamo kembali ke negaranya.
Dilaporkan, pemerintah Arab Saudi telah membebaskan sejumlah besar tahanan yang diekstradisi kembali ke negeri dari Guantánamo dan memberi bantuan uang kepada mereka agar mereka dapat kembali ke masyarakat.
Penjara Guantánamo adalah sebuah penjara di pangkalan militer di Teluk Guantánamo yang luasnya 117 km per segi. Kamp tahanan paling mengerikan itu dioperasikan pihak Amerika sejak Januari 2002. Lokasinya berada tepat di kepulauan yang menyatu dengan Kuba.
Di dalamnya sel tahanan, dikenal dengan “Penjara Delta” atau biasa juga disebut “Kamp Sinar-X” yang merupakan instalasi militer AS.
Meskipun sepenuhnya dikendalikan AS, tanah di ujung timur Kuba itu sendiri sebenarnya bukan milik resmi AS. Sejak tahun 1903, kedua negara “bersepakat” memberikan AS otoritas penuh untuk mangkal di situ dengan membayar 2.000 keping emas setiap tahunnya, kini setara US$ 4.085, tak peduli inflasi tak peduli rezim berganti, sampai kiamat harganya tetap segitu.
Jumlah seluruh tahanan yang ada di dalam “Kamp Sinar-X” diperkirakan 660 orang. Mereka berasal dari 44 negara, semua terkait dengan tuduhan sebagai bagian dari “terorisme” internasional. Sebagian besar adalah pejuang Taliban yang ditangkap di Afghanistan atau berasal dari berbagai bangsa, terutama Pakistan dan Afghan.
Laporan TIME pernah menyebutkan, tahanan di Guantánamo diperlakukan semena-mena. Setiap tahanan baru langsung mendapat jatah celana pendek, celana panjang, dan dua kaos, semua berwarna oranye menyolok, alas kaki untuk mandi, handuk, pasta gigi, sampo, sajadah, topi haji warna putih, sebuah Al-Quran, dan alas tidur tanpa bantal.
Tahanan hanya diberi jatah mandi selama dua kali dalam seminggu. Itupun, hanya 20-30 menit. Mohammed Sagheer, 52 tahun, seorang da’i Pakistan yang telah dikeluarkan dari Guantánamo mengajukan tuntutan hukum kepada pemerintah AS pernah mengatakan, para penjaga Guantánamo menggunakan obat untuk mengendalikan para tahanan.
“Mereka kasih kita tablet yang akan membuat kita tak sadar. Saya sembunyikan tablet-tablet itu di bawah lidah, lalu membuangnya begitu penjaga tidak melihat,” katanya. Sagheer mengaku dua kali dihukum di sel isolasi yang gelap karena meludahi penjaga, yang menurutnya telah memprovokasinya dengan melempar Qur’an dan memukulinya.
Begitu tidak manusiawinya perlakuan di penjara ini, sudah terjadi lebih dari 28 kali usaha bunuh diri, tidak satupun berhasil, tapi satu orang diantaranya kini masih koma dengan jaringan otak yang rusak.