GAZA (Arrahmah.com) – Tahun 2017 menandai tahun ke-13 wafatnya ikon Palestina yang biasa disebut “pemimpin spritual perlawanan Palestina,” Sheikh Ahmad Yassin.
Syeikh Yassin lahir di desa Jourat Ashkelon pada Juni, 1936, setahun pemberontakan bersenjata Palestina yang pertama dalam melawan intervensi “Israel” yang berkembang di wilayah Palestina.
Tahun 1948, ketika zionis mendeklarasikan berdirinya “Israel”, ia bersama keluarganya mengungsi ke Gaza. Sejak saat itu dia rajin belajar dan bekerja. Salah satu tempat Syaikh Yasin belajar adalah Universitas Ain Syams di Mesir.
Ketika berusia 16 tahun, Syeikh Yassin menderita cedera tulang belakang yang parah saat bermain dengan teman-temannya. Lehernya di plester selama 45 hari. Kerusakan saraf tulang belakang membuatnya lumpuh seumur hidup. Sejak kecelakaan itu, dia menggunakan kursi roda.
Kepiawaiannya dalam berorasi dan kecenderungannya kepada gerakan Islam Ikhwanul Muslimin membuatnya berada dalam kejaran pihak keamanan Mesir selama beberapa tahun. Diapun pernah tertangkap dan dijebloskan ke penjara.
Setelah perang Arab-Israel tahun 1967 dan negara-negara Arab menelan kekalahan telak, Syeikh Ahmad Yasin meninggalkan bangku sekolah dan kembali ke Gaza. Melalui mimbar-mimbar masjid, dia menyeru rakyat untuk bangkit berjuang.
Selain terjun dalam kegiatan kemasyarakatan dan kebudayaan, dia juga aktif menggalang bantuan bagi keluarga syuhada dan para tahanan Palestina di penjara-penjara “Israel”.
Syaikh Ahmad Yassin adalah seorang ulama yang tak pernah berhenti untuk membangkitkan semangat ummat Islam untuk mengusir penjajah “Israel” dari tanah milik kaum Muslim.
“Tanah Palestina adalah wakaf milik ummat Islam. Tidak ada seorangpun yang boleh membiarkannya lepas, walaupun hanya sejengkal,” tegasnya.
Syeikh Ahmad Yasin mendirikan organisasi bernama al-Mujtama’ al-Islami di Gaza. Kegiatannya dianggap berbahaya oleh rezim Israel. Diapun ditangkap pada tahun 1982 dan divonis 13 tahun penjara. Tiga tahun berikutnya dalam proses pertukaran tahanan, Syeikh Ahmad Yasin pun bebas.
Pada 17 November 1987 gerakan Islam di bawah kepemimpinannya mengeluarkan keputusan untuk memulai “aksi militer” melawan entitas penjajah “Israel”.
Kemudian Intifadhah meletus pada 8 Desember 1987. Syaikh Yassin sebagai motor penggeraknya, dan sepekan setelah itu, Syaikh Yassin bersama dengan rekan-rekannya membentuk Harakah Muqawamah Islamiyah atau Gerakan Perlawanan Islami yang disingkat “Hamas”, dan pernyataan resmi pertamanya dikeluarkan 14 Desember 1987 M.
Dalam intifada Masjid Al-Aqsa, Hamas memainkan peran kunci dalam memobilisasi perlawanan lewat masjid-masjid.
Sheikh Yassin terbunuh pada 22 Maret 2004, ketika sebuah helikopter tempur “Israel” menembakkan rudal di saat dia sedang didorong dikursi rodanya dari shalat subuh di di lingkungan Sabra, di Jalur Gaza yang diblokade.
(ameera/arrahmah.com)