HUDAIDAH (Arrahmah.com) – Lebih dari 121.000 warga Yaman telah meninggalkan kota pelabuhan Hudaidah di tengah operasi militer yang sedang berlangsung oleh koalisi yang dipimpin Saudi, menurut Kantor PBB untuk Laporan Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
Sejak 1 Juni, lebih dari 17.350 keluarga – lebih dari 121.000 orang – telah mengungsi sesuai dengan data PBB. Di antara mereka, sekitar 10.000 keluarga yang terlantar – hampir 80.000 orang – telah didukung dengan “makanan, peralatan darurat, dan dukungan penyelamatan hidup lainnya,” kata laporan itu.
Jeda singkat oleh koalisi yang dipimpin Saudi memberikan beberapa kelonggaran bagi Yaman, seperti Martin Griffiths, utusan PBB ke Yaman, memimpin negosiasi dengan teroris syiah Houtsi yang diarahkan Iran atas kendali pelabuhan Hudaidah. Namun serangan udara berlanjut dari 4 Juni, memukul jalan Hudaidah-Sanaa dan bandara Hudaidah menurut Al Jazeera.
Konflik meningkat pada tahun 2015 ketika Arab Saudi dan sekutunya meluncurkan kampanye udara besar-besaran di Yaman yang bertujuan untuk menyerang teroris syiah Houtsi. Lebih dari 15.000 warga Yaman telah tewas menurut PBB dan jutaan orang terus menderita dalam apa yang telah dinyatakan sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Koalisi megatakan teroris syiah Houtsi menggunakan Hudaidah untuk menyelundupkan senjata dari Iran meski kapal perangnya memantau Selat Bab El Mandeb. Belum ada bukti yang menunjukkan bahwa Huthi menerima senjata melalui pelabuhan.
Hudaidah adalah pelabuhan paling strategis di Yaman dan melayani sebanyak 80 persen bantuan untuk Yaman selain posisinya sebagai pelabuhan pengiriman maritim vital.
Sekitar 250.000 warga Yaman akan terpengaruh oleh serangan terhadap Hudaidah, menurut PBB. Warga sipil Yaman terpaksa berlindung di sekolah-sekolah untuk menghindari sasaran serangan terbesar yang belum diluncurkan oleh koalisi di negara mereka.
(fath/arrahmah.com)