(Arrahmah.com) – Jami’ Ibnu Thulun adalah bukti nyata dari betapa hebatnya arsitektur dunia Islam. Masjid besar di Kairo ini sudah berdiri kokoh sejak tahun 265 H atau 879 M. Hingga sekarang, bangunan itu masih dalam bentuk aslinya. Jami’ Ibnu Thulun juga menjadi saksi, bagaimana umat Islam menyelaraskan hubungan dunia dan akhirat. Masjid yang menjadi ruh ukhrowi di dunia juga difungsikan tempat belajar. Mulai dari belajar agama hingga kedokteran.
Siapakah Ibnu Thulun?
Ia adalah Ahmad bin Thulun. Figur penting dalam sejarah Mesir Islam. Ia adalah pemimpin sekaligus pediri Dinasti Thuluniyah di Mesir. Pada masanya, Mesir menjadi wilayah independen. Membebaskan diri dari kekuasaan Daulah Abbasiyah.
Ahmad bin Thulun lahir pada tahun 220 H atau 835 M di Kota Samarra. Ada juga yang mengatakan di Baghdad (Ibnu Taghri Bardi dalam an-Nujum az-Zahirah fi Muluk Mishra wa al-Qahirah, 3/1-2).
Masa pertumbuhannya begitu indah. Sedari muda ia telah menghafalkan Alquran dengan sempurna. Ia dikarunia suara yang indah. Bahkan, termasuk yang paling indah di lingkungannya. Ahmad bin Thulun seorang yang gemar belajar dan mengkaji ilmu. Dalam fikih, ia berpaham Madzhab Hanafi. Latar belakangnya inilah yang membuatnya menjadi seorang yang dikenal baik (Ibnu Taghri Bardi, an-Nujum az-Zahirah fi Muluk Mishra wa al-Qahirah, 3/2-4).
Ahmad bin Thulun memasuki Mesir pada hari Kamis. Saat bulan Ramadhan tahun 254 H/886 M tinggal tersisa 7 hari lagi (al-Kindi, al-Wulatu wa al-Qudhatu, 1/160).
Pada tahun 872 M, Ahmad bin Thulun menggelontorkan dana 60.000 Dinar emas untuk membangun Rumah Sakit di Kairo yang saat itu masih bernama Fustat. Rumah sakit itu memberikan pelayanan kesehatan gratis. Dan sekaligus juga menyediakan pelayanan sakit kejiwaan pertama di dunia.
Jami’ Ibnu Thulun
Masjid Jami’ Ahmad bin Thulun adalah masjid jami’ ketiga yang dibangun di Mesir. Yang pertama adalah Jami’ Amr bin al-Ash. Kemudian Jami’ al-Askar. Masjid kedua ini hancur seiring dengan hancurnya Kota al-Askar.
Jami’ Ibnu Thulun adalah satu-satunya masjid di Mesir yang tidak mengalami perubahan sejak awal berdirinya. Adapun Masjid Jami’ Amr bin al-Ash telah mengalami perubahan pada sebagian besar bangunannya. Demikian juga dengan Jami’ al-Azhar. Jami’ Ibnu Thulun menunjukkan kepada kita betapa majunya perkembangan ilmu arsitektur di dunia Islam sedari dulu. Terbukti, bangunan-bangunan yang dibuat di masa lalu itu tetap bernilai artistik dan memiliki unsur bangunan yang kokoh.
Pada masa Dinasti Ayyubiyah, Jami’ Ibnu Thulun menjadi universitas tempat mempelajari madzhab fikih yang empat, hadits, dan ilmu kedokteran. Di tempat ini pula anak-anak yatim belajar.
Ahmad bin Thulun membangun masjidnya dengan cukup luas. Pembangunan ini dilakukan setelah masyarakat mengeluhkan Jami’ al-Askar yang telah terasa sesak dan penuh. Pembangunan pun dimulai pada tahun 263 H/876 M. Dan berhasil diselesaikan pada tahun 265 H/879 M (al-Maqrizi, al-Mawa’izh wa al-I’tibar bi Dzikri al-Khattath wa al-Atsar, 4/40).
Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)
(fath/kisahmuslim/arrahmah.com)