MISURATA (Arrahmah.com) – Benarkah misi AS dan NATO di Libya adalah untuk “melindungi sipil” Libya dan membantu perlawanan pejuang revolusi menghadapi tentara loyalis Gaddafi? Jika iya, mengapa selalu ada laporan bahwa serangan udara salibis NATO menewaskan sipil dan pejuang revolusi Libya.
Kali ini serangan udara salibis NATO menewaskan sedikitnya 12 pejuang revolusi di kota Misurata, wilayah Libya timut, ujar sumber medis.
Menurut sumber medis, kematian terjadi ketika sejumlah misil NATO menghantam gedung yang berlokasi sekitar 5 Km dari timur kota pelabuhan Mediterania di mana tentara revolusi berbasis, Rabu (27/4/2011), lapor Press TV pada Kamis (28/4).
NATO menolak laporan tersebut walaupun saksi mata mengatakan sebaliknya.
Dr. Hassan Malitan bahwa serangan terjadi sesaat setelah ia dan koleganya meninggalkan gedung.
“Kami baru saja melaju sekitar 200 meter dan kami mendengar ledakan besar yang mengguncang tanah,” ujar Malitan.
“Kami mulai menangis dan meneriakkan nama mereka,” lanjutnya. “Sangat jelas misi datang dari langit dan kami mendengar suara pesawat lewat.”
Di ibukota Libya, Tripoli, ledakan besar juga terdengar ketika pesawat NATO melintas di sana.
Sebelumnya, empat sipil mengalami luka setelah pesawat NATO menghantam target militer di Tripoli timur.
Sementara itu, Inggris merencanakan akan menyebar tentaranya di perbatasan Libya-Tunisia. London mengklaim bahwa tentara yang disebar diperbatasan akan bertugas mengamankan pengungsi dari serangan tentara Gaddafi.
Laporan mengatakan bahwa lebih dari 5.000 warga Libya telah menyebrang ke Tunisia dalam 48 jam terakhir. (haninmazaya/arrahmah.com)