(Arrahmah.com) – Bagi masyarakat Amerika mungkin tragedi 11 September 2001 menjadi momentum yang tak terlupakan. Gedung kembar yang menjadi simbol kemegahan negara Amerika rubuh hanya dalam waktu beberapa menit setelah sebuah pesawat menabrak gedung tersebut. Namun bagi kaum muslimin kejadian tersebut mengawali penderitaan yang hingga kini tidak terselesaikan permasalahannya. Entah, sudah tidak bisa dipastikan jumlah nyawa yang melayang akibat intervensi Amerika terhadap negeri-negeri kaum muslimin dan itu tidak sebanding dengan korban yang ada di kejadian rubuhnya menara kembar WTC.
Pasca serangan tersebut Presiden Amerika George W Bush melalui pidatonya yang menghipnotis merubah segala pandangan masyarakat Amerika terhadap Islam menjadi umat agama yang horor. Tanpa sebab apapun dengan lantang dan tegas menuduh dalang dari segala permasalahan adalah umat Islam, lihat saja dari pidatonya yang penuh benci di depan Kongres, Rabu, 20 September 2001, “Anda bersama kami atau bersama teroris.” Seolah-olah Bush mengajak seluruh negara berpartisipasi untuk memerangi teroris (umat islam), jika tidak negara tersebut disebut teroris.
Sejak gendrang perang itu dikobarkan Bush yang ia sebut sebagai ‘Crusade’ (perang salib) korbanpun mulai berjatuhan dan terus bertambah hingga kini. Dan ironisnya, target perang AS sangat focus; umat Islam dan negeri Islam. Atas dasar perang melawan terorisme AS menyerbu Afghanistan dan Irak. Ratusan ribu rakyat sipil terbunuh di Irak pasca pendudukan Amerika . Afghnistan tidak jauh beda. Serangan Amerika telah membunuh lebih dari 3000 Muslim .
Berbagai fakta-fakta konspirasi sudah di buat. Perdebatan tentang siapa dalang 911 pun masih terus bergulir. Mungkin pertanyaan sederhana siapa yang paling diuntungkan dengan peristiwa ini, bisa menjadi petunjuk. Tentu saja harus disesalkan jatuhnya sekitar 3000 korban jiwa dalam serangan WTC, namun dilihat dari siapa yang paling diuntungkan dalam 911 ini, tampaknya AS. Tidak sedikit yang menyamakan serangan 911 ini dengan serangan Pearl Harbour yang menjadi alasan bagi AS untuk terlibat dalam perang dunia ke II. Sementaran 911 menjadi alasan bagi AS untuk mengobarkan perang melawan terorisme.Peristiwa hancurnya gedung kembar WTC merupakan agenda mereka untuk mengajak negara-negara diseluruh dunia untuk mendukung dan melayani kebijakan Amerikan yang tidak lain adalah untuk menghegemoni. Hingga sekarang ini hegemoni negara salibis itu masih mencengkram negeri kaum muslimin. Asas kapitalisme yang merongrong pemikiran barat seperti tabiatnya hewan yang selalu mencari kepuasan. Tak jarang negeri kaum muslimin yang terjajah secara fisik seperti lautan darah yang menggenang, para budak negara yang secara tidak langsung adalah pemimpin boneka Amerika hanya bisa mempersilahkan rakyatnya untuk dibantai asal sama-sama diuntungkan. Sunggu ini pemikiran iblis.
Bukti bahwa perang ini adalah untuk kepentingan AS sendiri tampak dari banyaknya kebohongan yang dilakukan pemerintah Bush. Eramuslim (11/9/2006) melaporkan Dalam rangka peringatan lima tahun serangan 11 September, Kongres Amerika mengeluarkan laporan yang menyanggah klaim-klaim yang digunakan pemerintah Bush tentang hubungan antara mantan Presiden Irak Sadam Husain dengan aksi serangan tersebut, yang dijadikan dalih oleh Bush untuk melakukan agresi militer ke Irak.Laporan Kongres AS, selain menyanggah penegasan-penegasan terkait dengan kemampuan pemerintah Irak saat itu terhadap produksi senjata pemusnah massal, juga membantah semua penegasan terkait dengan kesimpulan dinas intelijen pemerintah Bush mengenai Irak tahun 2002.
Umat Islam pun menjadi sasaran perang. Kalau nama anda berbau ‘Arab’ berbau Islam, siap saja menghadapi berbagai kesulitan di negara-negara Barat, mulai dari masuk Bandara hingga diskriminasi dalam pekerjaan. Tidak hanya itu , sebagian besar kelompok yang dimasukkan dalam terorisme adalah kelompok Islam.
Disamping itu para sekutu mereka menebar berita fitnah yang menggambarkan Islam seperti agama para tawanan yang digambarkan keras dan radikal. Mungkin ini bentuk kekawatiran mereka dengan perkembangan Islam pasca serangan 11 September 2001. Menurut data Badan Statistik Nasional, saat ini ada 3.114.992 Muslim di Inggris. Lebih dari 1,5 juta di antaranya lahir di luar negeri. Jumlah Muslim saat ini mencakup 5,4 persen dari populasi Inggris dan Wales. Dilansir oleh cnnindonesia.com (1/2/16)
Kekawatiran kian nampak ketika banyak masyarakat yang mendukung penerapan syariah Islam. Seperti yang disampaikan oleh Prof Noah Feldman, Dosen Law School, Harvard University, AS dalam bukunya yang berjudul, “The Rise dan The Down of Islamic State”, menulis, “Dapat ditegaskan bahwa meningkatnya dukungan rakyat (Islam) terhadap syariah Islam dewasa ini—meskipun pernah mengalami keruntuhan—akan dapat mengantarkan pada terwujudnya Khilafah Islamiyah yang sukses.
Bukan rahasia lagi bahwa AS—dalam rangka mewujudkan kepentingan politik imperialismenya—, berinvestasi menciptakan ancaman terorisme yang diklaimnya sendiri dan juga demi pelestarian demokrasi sembari memerangi Islam.
Taufik Setia Permana (Aktivis Gema Pembebasan Malang)
(*/arrahmah.com)