GAZA (Arrahmah.id) – Pasukan “Israel” menembaki kerumunan warga Palestina yang berlomba-lomba mengambil makanan dari sebuah konvoi bantuan di Kota Gaza pada Kamis (29/2/2024), kata para saksi mata. Lebih dari 100 orang gugur dalam kekacauan tersebut, sehingga jumlah korban tewas sejak dimulainya perang Israel-Hamas mencapai lebih dari 30.000 orang, menurut para pejabat kesehatan, seperti dilaporkan AP.
“Israel” mengklaim banyak korban tewas terinjak-injak dalam penyerbuan kacau untuk mendapatkan bantuan makanan dan bahwa pasukannya hanya menembak ketika mereka merasa terancam oleh kerumunan massa.
Kekerasan tersebut dengan cepat dikecam oleh negara-negara Arab, dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan keprihatinannya bahwa hal ini akan menambah kesulitan dalam menegosiasikan gencatan senjata dalam konflik yang telah berlangsung hampir lima bulan ini.
Wilayah Kota Gaza merupakan salah satu target pertama serangan udara, laut dan darat “Israel”, yang diluncurkan sebagai tanggapan atas serangan kelompok perlawanan Palestina Hamas pada 7 Oktober ke “Israel”.
Sementara banyak warga Palestina yang melarikan diri dari invasi di bagian utara daerah kantong tersebut, beberapa ratus ribu orang diyakini masih berada di wilayah yang sebagian besar hancur dan terisolasi itu. Beberapa pengiriman bantuan telah mencapai daerah tersebut minggu ini, kata para pejabat.
Kelompok-kelompok bantuan mengatakan bahwa hampir tidak mungkin untuk mengirimkan pasokan di sebagian besar wilayah Gaza karena sulitnya berkoordinasi dengan militer “Israel”, permusuhan yang sedang berlangsung, dan rusaknya ketertiban umum, dengan kerumunan orang yang putus asa yang membanjiri konvoi-konvoi bantuan. PBB mengatakan seperempat dari 2,3 juta warga Palestina di Gaza menghadapi kelaparan; sekitar 80 persen telah meninggalkan rumah mereka.
Para pejabat militer mengatakan konvoi 30 truk sebelum fajar yang melaju ke Gaza utara dihadang oleh kerumunan massa yang berusaha merebut bantuan yang mereka bawa. Puluhan warga Palestina tewas dalam penyerbuan tersebut dan beberapa lainnya terlindas oleh truk-truk itu ketika para sopir berusaha melarikan diri, kata Laksamana Muda Daniel Hagari, juru bicara militer.
Pasukan “Israel” yang menjaga daerah tersebut melepaskan tembakan peringatan ke arah kerumunan karena merasa terancam, klaimnya.
Kamel Abu Nahel, yang sedang dirawat karena luka tembak di Rumah Sakit Shifa, mengatakan bahwa ia dan yang lainnya pergi ke titik distribusi pada tengah malam karena mereka mendengar akan ada pengiriman makanan. “Kami sudah makan pakan ternak selama dua bulan,” katanya.
Dia mengatakan tentara “Israel” menembaki kerumunan massa ketika orang-orang menarik kotak-kotak tepung dan barang-barang kaleng dari truk, menyebabkan mereka berhamburan, dan beberapa bersembunyi di bawah mobil. Setelah penembakan berhenti, orang-orang kembali ke truk-truk itu, dan para tentara melepaskan tembakan lagi. Dia tertembak di kaki dan terjatuh, lalu sebuah truk melindas kakinya saat melaju, katanya.
Sedikitnya 112 orang tewas, kata juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf Al-Qidra. Kementerian Kesehatan menggambarkannya sebagai pembantaian.
Arab Saudi, Mesir, dan Yordania menuduh “Israel” menargetkan warga sipil dalam insiden tersebut. Dalam pernyataan terpisah, mereka menyerukan peningkatan jalur aman untuk bantuan kemanusiaan. Mereka juga mendesak masyarakat internasional untuk mengambil tindakan tegas untuk menekan “Israel” agar mematuhi hukum internasional dan mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata segera. (haninmazaya/arrahmah.id)