PALESTINA (Arrahmah.com) – Sedikitnya sebelas warga Palestina ditembak dan seorang lainnya ditahan dalam bentrokan melawan pasukan penjajah “Israel” di wilayah Palestina yang diduduki pada Jum’at (19/2/2016), lansir Ma’an.
Di Jalur Gaza, juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf Al-Qidra mengatakan kepada Ma’an bahwa tiga warga Palestina terluka oleh tembakan peluru tajam, sementara yang lainnya ditembak dengan peluru baja berlapis karet di daerah utara wilayah tersebut.
Tiga orang lainnya ditembak dan terluka oleh tembakan di dekat daerah Al-Shujaa Kota Gaza. Semua yang terluka dilaporkan dalam kondisi stabil
Di Tepi Barat yang diduduki, dua remaja Palestina terluka oleh tembakan peluru tajam dan remaja yang ketiga ditahan dalam bentrokan dengan pasukan “Israel” di kamp pengungsi Al-Jalazone, di utara Ramallah.
Bentrokan pecah di dekat pemukiman ilegal “Israel”, Beit El, sebelum bergerak menuju pintu masuk kamp. Pasukan “Israel” menembakkan peluru tajam dan peluru baja berlapis karet ke arah pengunjuk rasa, ungkap sumber-sumber lokal.
Tentara “Israel” juga meluncurkan serangan gas air mata di daerah pemukiman dekat lokasi bentrokan, sementara warga Palestina membalas dengan melemparkan batu dan bom molotov pada mereka.
Dua warga Palestina terluka dengan tembakan peluru tajam – satu di tangan dan satu lagi di kaki – ketika bentrokan pecah di pintu masuk utara Bethlehem. Pasukan “Israel” juga menembakkan sejumlah besar gas air mata di seluruh daerah itu.
Di tempat lain, beberapa aktivis menderita inhalasi gas air mata setelah pasukan “Israel” membubarkan aksi protes mingguan di desa Bilin sebelah barat Ramallah, di mana demonstran berkumpul untuk mendukung tahanan yang melakukan aksi mogok makan, Muhammad Al-Qiq.
Seorang juru bicara militer “Israel” mengklaim dia akan meninjau laporan mengenai hal itu.
Banyak desa di Tepi Barat dan Yerusalem yang berpartisipasi dalam aksi protes Jum’at mingguan, terutama desa-desa Nabi Saleh, Nillin, Kafr Qaddum, dan Al-Masara.
Pasukan “Israel” telah menerima kritik atas gaya penggunaan senjata mereka yang berlebihan, serta metode mematikan mereka dalam pengendalian massa yang sering membunuh dan melukai para pengunjuk rasa.
(banan/arrahmah.com)