KARACHI (Arrahmah.id) – Penyerbuan di sebuah pusat distribusi makanan Ramadhan di kota selatan Pakistan, Karachi, telah menewaskan sedikitnya 11 orang, semuanya perempuan dan anak-anak, menurut polisi dan petugas penyelamat.
Beberapa orang juga terluka dalam insiden pada Jumat (31/3/2023), yang terjadi ketika ratusan orang panik dan mulai saling dorong untuk mengambil makanan di luar pabrik. Beberapa dari mereka jatuh ke saluran air di dekatnya, kata pejabat polisi Mughees Hashmi.
Warga mengatakan bahwa sebuah tembok juga runtuh di dekat saluran air, melukai dan menewaskan orang-orang di tengah-tengah kerumunan.
Media lokal melaporkan bahwa delapan wanita dan tiga anak-anak meninggal, lansir Al Jazeera.
Hashmi mengatakan bahwa pemilik pabrik yang mengatur pusat distribusi makanan tidak memberitahu polisi tentang rencana tersebut. Dia mengatakan polisi setempat tidak mengetahui adanya distribusi tersebut, jika tidak, mereka mungkin telah mengerahkan pasukan.
Menteri Luar Negeri Bilawal Bhutto Zardari, yang berasal dari provinsi Sindh, yang beribu kota di Karachi, memerintahkan pihak berwenang untuk menyelidiki apa yang menyebabkan insiden tersebut.
Penyerbuan tersebut merupakan yang paling mematikan di titik-titik distribusi makanan Ramadhan sejak dimulainya bulan puasa pekan lalu.
Dengan insiden terbaru ini, jumlah korban tewas akibat penyerbuan di pusat-pusat pembagian makanan gratis di seluruh negeri telah meningkat menjadi setidaknya 21 orang sejak pekan lalu.
Warga setempat Mohammad Arsalan mengatakan bahwa ia tinggal di dekat pabrik tempat orang-orang berkumpul sejak pagi hari untuk mengambil makanan gratis. Ia mengatakan bahwa ia tidak tahu persis apa yang menyebabkan insiden tersebut, namun “kami mendengar teriakan dan kemudian mengetahui tentang penyerbuan ini”.
Insiden pada Jumat itu terjadi sehari setelah pihak berwenang memerintahkan pengerahan polisi tambahan di pusat-pusat pembagian makanan Ramadhan untuk menghindari kepadatan yang berbahaya.
Pakistan yang kekurangan uang menghadapi salah satu krisis ekonomi terburuk dalam sejarahnya. Jutaan orang berjuang untuk mendapatkan makanan di atas meja karena krisis biaya hidup yang memburuk. (haninmazaya/arrahmah.id)