PALESTINA (Arrahmah.com) – Seratus anak Palestina di bawah umur ditahan di penjara Megiddo “Israel”, banyak dari mereka yang kerap menghadapi pelanggaran hak oleh layanan penjara “Israel”, menurut sebuah pernyataan yang dirilis oleh Komite Urusan Tahanan Palestina pada Rabu (27/4/2016).
Dari 105 tahanan yang saat ini ditahan di penjara Megiddo di “Israel” utara, hanya lima di antaranya yang merupakan orang dewasa, ungkap Hiba Masalha, seorang pengacara dengan Komite Tahanan Palestina, seperti dikutip dalam pernyataan itu.
Seorang juru bicara penjara, Raed Riyahi, mengatakan kepada Masalha bahwa layanan penjara “Israel” gagal untuk mengobati tahanan anak sesuai dengan hukum internasional.
Riyahi menyoroti kasus Majd Saidah, anak Palestina yang ditahan di Megiddo dan mengalami komplikasi pada usus buntunya, lansir Ma’an.
Saidah tidak menerima pengobatan hingga mengalami peradangan serius di rongga perut dan akhirnya harus menjalani operasi di rumah sakit Afula.
Penjara Megiddo adalah situs demonstrasi awal tahun ini ketika tahanan melakukan mogok makan sebagai aksi protes.
Otoritas penjara menanggapi aksi protes tersebut dengan menyerang para tahanan, memindahkan para tahanan yang melakukan aksi mogok makan ke sel isolasi, memotong aliran listrik di bagian tersebut, dan menyita harta milik para tahanan.
Pada saat ini, Masalha melaporkan serangan dan penghinaan terjadi terhadap 97 anak di bawah usia 16 tahun di penjara bagian tiga itu.
Penjara itu adalah salah satu dari beberapa pusat penahanan yang terletak di dalam wilayah “Israel”.
Hampir 60 persen dari tahanan anak Palestina dipindahkan dari wilayah Palestina yang diduduki ke penjara di “Israel” setelah hukuman, menurut Pertahanan Anak Internasional – Palestina (DCIP).
Setiap tahun sekitar 500 sampai 700 anak-anak Palestina, sebagian masih berusia 12 tahun, ditahan dan diadili oleh pengadilan militer “Israel”, menurut DCIP, sebagian besar dengan tuduhan melakukan tindakan pelemparan batu.
Jumlah anak-anak Palestina yang ditahan di penjara “Israel” telah meroket sejak gelombang kerusuhan menyebar pada bulan Oktober lalu.
(banan/arrahmah.com)