BANDUNG (Arrahmah.com) – Kasubit Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Bappelitbang Kota Bandung Andry Heru Santoso mengungkapkan ada 10 kecamatan di Kota Bandung rawan akan fenomena alam likuefaksi, seperti yang terjadi di Sulawesi Tengah.
Hal tersebut dipaparkan Andry dalam “Bandung Menjawab” di Taman Sejarah Balai Kota Bandung, Kamis (10/10).
Menurut Andry, 10 kecamatan tersebut rawan likuefaksi karena memiliki kontur tanah yang berpasir atau memiliki kandungan lumpur. Kondisi ini mirip dengan daerah Kota Palu dan Donggala yang beberapa waktu lalu diguncang gempa yang disusul fenomena likuefaksi.
“Tanah yang dulunya sifatnya lumpur atau berpasir bisa ambles keluar seperti air. Rumah-rumah penduduk itu bisa terserap ke bawah tanah. Ada 10 kecamatan yang tanahnya berpotensi besar likuefaksi efek dari gempa bumi,” ujar Andry.
Ia menyebutkan, 10 kecamatan itu, yakni Bandung Kulon, Babakan Ciparay, Bojongloa Kaler, Bojongloa Kidul, Astana Anyar, Regol, Lengkong, Bandung Kidul, Kiaracondong, dan Antapani.
Kerawanan ini berhasil diidentifikasi berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Bappeda (sekarang Bappelitbang), pusat mitigasi bencana ITB, dan United Nation PBB. Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu tahun 1992 hingga 2000.
Andry menegaskan, informasi ini disampaikan bukan untuk membuat masyarakat menjadi ketakutan. Tapi, lebih pada kesiapan sejak dini akan potensi bencana alam tersebut.
Sebab, lanjutnya Andry, dengan mengetahui lebih awal, masyarakat bisa mempersiapkan diri dan tahu langkah yang harus dilakukan untuk perlindungan.
“Artinya, ini semacam awal kita supaya masyarakat bisa mengantisipasi dan melakukan simulasi seandainya terjadi gempa. Kita sudah tahu bahwa fenomena gempa akan berulang. Kejadian gempa juga tidak tahu kapan, tapi untuk mempersiapkan diri lebih baik,” jelasnya.
Senada dengan itu, Kepala Bidang Penanggulangan Bencana pada Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung Sihar Pandapotan Sitinjak mengatakan, Kota Bandung memang memiliki kerawanan akan bencana gempa bumi. Apalagi, titik sesar Lembang yang aktif ini hanya berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Bandung.
Sebagai bagian dari pemerintah, ujar Sihar, pihaknya bertugas memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Secara rutin Diskar PB memberikan pelatihan mitigasi bencana ke banyak kalangan.
“Kami melakukan simulasi di gedung-gedung tinggi, di hotel-hotel, sekolah, dan mal. Itu selalu setiap bulannya seminggu dua kali ada permohonan untuk sosialisasi dan simulasi,” jelasnya.
Sumber: Republika.co.id
(ameera/arrahmah.com)